Kamis, 18 Oktober 2018

Kotbah Roma 3 : 21 - 26



Nats Khotbah                        : Roma 3 : 21 – 26                                                                                                              
Pendahuluan
Salah satu berita penting yang diberitakan dari Alkitab adalah tentang penebusan Bapa di dalam Yesus Kristus dalam menebus dosa-dosa umat Nya. Tentu jantung utama pemberitaan kita adalah fokusnya kepada keselamatan itu yang diperlalukan kepada semua orang, ingat semua orang. Jantung itu artinya adalah pusat, hal penting, atau hal yang sangat hakiki. Penebusan bagi manusia itu berdampak sangat penting, sebab penebusan itu bersifat holistik, bukan hanya penebusan hari ini, namun penebusan kepada kehidupan yang kekal. Sehingga setiap orang harus tepat menggunakan dasar ini, bahwa penebusan atau keselamatan itu bersumber dari KASIH DAN RAHMAT TUHAN JESUS, itu bukanlah perbuatan baik kita, atau karena kekuatan doa kita, rajin nya kita ke gereja, atau jabatan gerejawi kita seorang pelayan. Semuanya karena anugrah Tuhan.  
Pembahasan Nats
  Kota Roma adalah salah satu pusat kehidupan orang Yahudi yang sangat terkenal dengan sistem kultus peribadahan, terkenal dengan sistem politik kaisar, ekonomi perdagangan, dan juga budaya sosial yang sangat kuat dengan level dan kasta yang berbeda-beda. Yang perlu untuk kita soroti dalam hal ini adalah kultus agamawi yang sangat melekat dengan hukum taurat, sehingga ada anggapan Yahudi bahwa keselamatan itu hanya dapat kita raih ketika hukum Taurat itu dijalankan dengan sempurna. Sehingga claem ini menghasilkan pemahaman yang salah pula. Sehingga diuar orang Yahudia mereka tidak layak masuk dalam kehidupan pembenaran/kesesalamatan itu. Paradigma itu sangat jauh berbeda dengan apa yang dipesankan oleh Firman Tuhan/ALKITAB, sebab firman hanya mempersaksiakan kebenaran itu dapat terjadi hanya karena Iman kepada Tuhan Yesus itu sendiri (Efesus 2 : 8 - 10).  Bagi Paulus juga bahwa  Manusia dibenarkan bukan karena melakukan hukum taurat tetapi karena iman kepada kasih karunia Allah di dalam penebusan AnakNya Tuhan Yesus Kristus. Jalan Allah bukanlah jalan hukum melainkan jalan anugerah; bukan didasarkan pada apa yang dapat kita perbuat tetapi didasarkan atas apa yang telah diperbuat Allah untuk kita manusia berdosa. Namun kita harus mengingat kalau manusia berdosa dibenarkan karena iman bukan berarti hukum taurat menjadi tidak perlu dalam kehidupan kita. Yesus datang ke dunia ini bukan untuk meniadakan hukum taurat tetapi untuk menggenapinya. Hukum taurat itu tetap perlu dan berguna bagi hidup umat manusia. Hukum taurat sangat penting untuk menyadarkan manusia akan dosa dan pelanggarannya. Hukum taurat berguna memperlihatkan kepada manusia kelemahannya dan keadaannya yang penuh dosa.
Dalam nas ini ada beberapa hal yang sangat berharga dan penting untuk kita pelajari     
      Pertama:    Yang dibenarkan dan diselamatkan adalah yang mengakui bahwa dia manusia berdosa
      Suatu hari, seorang Gubernur mengunjungi penjara dimana orang-orang yang melakukan tindakan kejahatan dipenjarakan dan dibina. Pada kunjungan tersebut sang gubernur bertanya kepada orang yang dipenjarakan: Kenapa mereka dipenjarakan? Orang pertama berkata: bahwa dia tidak bersalah bahwa dia difitnah. Orang kedua menjawab: bahwa  hakim salah mengambil keputusan yang memutuskan dia bersalah. Orang ketiga menjawab: bahwa dia bersalah dan dia mengaku bahwa dia layak dihukum. Kepada orang yang ketiga tersebut sang gubernur berkata: saya memberikan pengampunan kepadamu. Hari itu juga dia dibebaskan dari penjara.
      Rasul Paulus mengatakan: “karena semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah”. Hanya orang yang mengaku dirinya berdosa membutuhkan pengampunan dosa; hanya orang yang mengaku bahwa dirinya tidak benar membutuhkan supaya dia dibenarkan; hanya orang yang mengaku bahwa dirinya lemah akan memperoleh pertolongan; hanya orang yang mengaku bahwa dirinya telah kehilangan kemuliaan Allah akan dipulihkan kemuliaannya. Untuk menunjukkan pembenaran adalah cuma-cuma rasul Paulus mempergunakan seseorang yang tidak bersalah berdiri dihadapan hakim yang memperlakukannya sebagai orang yang tidak bersalah artinya dia dibebaskan. Tetapi dalam hubungan manusia dengan Allah, manusia adalah bersalah, tetapi Allah dalam kemurahanNya yang menakjubkan telah memperlakukan, memperhitungkan, menghargainya sebagai manusia yang tidak bersalah. Kesalahan dan dosa manusia tidak diperhitungkan karena manusia itu mengakui bahwa dia adalah manusia berdosa dan dia tidak berkuasa menjadi benar hanya karena perbuatannya; jadi manusia itu hanya mengandalkan kemurahan dan kasih karunia Tuhan belaka yang dapat membenarkan dan menyelamatkannya. Hanya orang yang mengaku bahwa dia berdosa akan memperoleh pengampunan dan keselamatan. Sebab Yesus datang bukan untuk orang-orang yang sehat tetapi kepada orang-orang yang sakit dan hanya orang sakitlah yang membutuhkan penyembuhan.
       Kedua:    Pembenaran dan keselamatan diberikan karena kasih karunia dan dengan cuma-cuma
      Orang Yahudi biasanya untuk memohon pengampunan dosa dan perdamaian adalah dengan membawa persembahan korban bakaran kepada Allah. Tujuannya adalah supaya korban itu menyingkirkan hukuman yang akan menimpanya karena dosa dan pelanggaran yang dilakukannya. Tetapi, semua korban tersebut gagal mencapai tujuan yaitu pengampunan dan perdamaian. Segala korban-korban bakaran gagal memperbaiki hubungan manusia dengan Allah. Dengan persembahan dan korban apakah manusia itu diselamatkan dan dibenarkan? Rasul Paulus mengatakan bahwa hanya dengan penebusan Yesus Kristus manusia itu dibenarkan dan diselamatkan. Allah telah menentukan Yesus Kristus menjadi korban satu-satunya untuk membenarkan dan menyelamatkan manusia sekali untuk selama-lamanya. Apa yang terjadi di kayu salib membuka kembali hubungan baik dengan Allam, suatu pintu atau jalan yang tidak dapat dibuka oleh korban-korban yang lain. Apakah dengan demikian kita tidak perlu lagi memberikan persembahan kepada Tuhan? Perlu. Tetapi bukan lagi untuk memperoleh pembenaran dan keselamatan melainkan  sebagai ungkapan syukur atas keselamatan yang telah dikarunia secara cuma-cuma kepada kita, dan korban kematian Yesus itu adalah bukti kongkrit karyanya  bukan karena Jahudi secara sempurna melalukan hukum Taurat sebab ada tertulis GALATIA 2 : 21 “aku tidak menolak kasih karunia Allah sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat maka sia-sialah kematian Kristus”
       Ketiga:    Dibenarkan karena iman kepada kasih karunia penebusan di dalam Yesus Kristus
      Ada satu aliran Yudaisme yang mengadakan perhitungan laba rugi dengan Allah. Pada akhirnya, orang akan sampai pada pengertian, bahwa Allah berhutang padanya. Padahal manusialah yang berdosa dan berhutang kepada Allah; tak ada seorang pun yang dapat memperbaiki hubungannya dengan Allah melalui usahanya sendiri. Oleh sebab itu, tidak ada lagi alasan untuk merasa puas atau menyombongkan usahanya sendiri. Yang dibutuhkan adalah iman kepada kasih karunia penebusan di dalam Yesus Kristus. Kasih karunia penebusan di dalam Yesus Kristus berkuasa dan berkarya jika seseorang itu mengimaninya. Iman yang dimaksud rasul Paulus adalah ketaatan, kesetiaan dan percaya akan kuasa Tuhan yang membenarkan dan menyelamatkan orang berdosa. Iman kepada kasih karunia penebusan di dalam Yesus Kristus harus nyata di dalam kehidupan sehari-hari; sebab iman tanpa perbuatan adalah mati.
Aplkasi
Menurut saudara siapakah saudara? Ini harus kita jawab , menurut hemat saya, bahwa saya itu adalah orang yang banyak kesalahan yang diampuni Yesus, lalu saudara siapa? Jawaban nya juga sama orang yang banyak bersalah lalu diampuni Yesus. Intinya adalah bahwa kita sama-sama orang berdosa, sama-sama pernah salah, sama-sama dimapuni jadi jangan saling menghakimi, menganggap diri hebat dari yang lain. dan yang paling penting adalah bahwa kita sama-sama diampuni jadi harus saling mengampuni
Kita semua adalah orang-orang yang berdosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Rom 3 : 9 - 18). Karena dosa seharusnya kita harus dihukum tetapi syukur kepada Allah yang telah membenarkan kita dengan kasih karunia dalam penebusan AnakNya Tuhan Yesus Kristus. Saat ini kita dituntut supaya iman kita semakin bertumbuh dan lebih dewasa. Dan kita menunjukkan buah dari iman di dalam kehidupan kita melalui perbuatan-perbuatan yang baik. Dengan percaya kepada Anugrah Tuhan di dalam Yesus Kristus, itu adalah hal hakiki bagi kita semua, sebab dengan percaya kepada Anugrah itu kita tidak mendewakan perbuatan baik kita, dan menganggap kita hebat dan baik. (Filipi 3 : 9, ).
Yang sangat menarik untuk kita renungkan adalah bahwa hidup kita yang suka berdusata, pembohong, malas pelayanan ini, hitung-hitungan berbuat baik ini, suka merendahakan orang , atau perbuatan dosa apa yang kita sembunyikan jauh di dalam hati kita , hari ini yang membuat kita harus merenung adalah teryata kita ditebus oleh Tuhan dengan Cuma-Cuma, sekali lagi saya sampaikan Cuma-Cuma, itu artinya pemberian yang tidak mengarapkan imbalan apa pun (baca Efesus 2), lalu kita terlalu sibuk menghitung hal-hal kecil kepada Tuhan, tentang pelayanan yang kita lakukan, persemabahan kita yang kita anggap sudah baik, pertolongan yang sudah kita berikan kepada orang lain, ini berita sukacita kita bahwa itu juga harus diberikan dengan Cuma-Cuma sebagai ungakapan syukur dan persembahan kepada Tuhan (Rom 12:1)


[1] Dituliskan Oleh Vikar Ikotison Marpaung, STH untuk keperluan pelayanan di Jemaat GKPI Raja Mandala Resort Pada Larang . (No Hp: 0852-6251-2221 )

Kamis, 11 Oktober 2018

KOTBAH 2 TIMOTIUS 4 : 1 - 5


Bahan Kotbah: Minggu, 07 Oktober 2018[1]
Nats                : 2 Timotius 4 ; 1 – 5
Thema            : Menjadi Pemberita Firman
Pendahuluan
Dari teologi Luther kita sangat mempercayai bahwa pemberitaan Firman adalah sebagai titik utama dalam Agama Kristen, dan seharusnya itu terbukti dalam peribadahan serta kehidupan kita sehari-hari. Dan kalau kita jauh memandang kebelakang ada banyak nabi-nabi, Imam,hakim, Raja, rasul-rasul sebagai tokoh pemberitan firman tersebut. Dari manakah orang percaya mengerti firman kalau kita tidak mendengar, dari manakah kita mendengar kalau tidak ada pemberitaan, dari manakah pemberitaan itu kalau tidak ada oknum yang memberitakan. Sifat continuetas yang selalu berkesinambungan sehingga Firman itu tetap menjadi populer, kontekstual dan mampu menjawab pergumulan-pergumulan dalam hidup kita. Namun, disamping ituperlu ada oknum yang  benar-benar terpanggil menuaikan tugas pelayanannya.
Penjelasan Teks
            Dalam prikop ini Paulus datang melalui anak sah Paulus di dalam iman, merujuk kepada jemaat-jemaat yang sudah mulai bekembang dalam hal pemberitaan di beberapa Asia kecil. Surat ini sering disebut dengan Surat pastoral/pribaditerkhusus dalammenguatkan dan memberi semangat untuk setiap pemberita. Paulus mengharapkan dan menegaskan walaupun ia harus dipenjara dan memasuki tahap penderiataan namun, pemberitaan itu adalah tanggung jawab baginya sebagai orang percaya.Ditengah-tengah memulai perkembangan injil itu, sekaligus juga banyak pemberita-pemberita sesat yang cukup berkembang.Hal inilah yang menjadi ketakutan Paulus kelak jemaat itu mengalami kemunduran dan mengikuti ajaran yang diberitakan para penyesat. Penegasan itu tampak pada ayat 1, ia mengalaskan demi penyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya. Dasarpenyataan-Nya dan demi Kerajaan-Nya inilah yang ditemukan oleh Paulus bahwa kehidupan kita juga terpaut dalam   pemberitaan Firman, sehingga nyatalah penyataan dan kerjaan Allah di dunia ini. Masa penghakiman orang yang hidup dan mati itu identik dengan kedatangan Yesus (epiphanieia) sehingga sipemberita tidak boleh lagi membuang-buang waktu dan berleha-leha. Lalu apakah yang harus dilakukan?beritakanlah firman , sebab pemberitaan itu adalah kewajiban setiap orang percaya. Karena Tuhan akan menuntut pertangung jawaban kita (1 Kort 9 :16-17) karena ketika tidak ada pemberitaan firman maka yang ada adalah kecelakaan.
Kapankah seharunya pemberitaan itu? Pemberitaan itu sudah terjadi semenjak Allah mencipta dunia ini, dan itu akan ada sampai kelak kedatangan nya, sehingga beritakanlah Firman itu baik atau tidak baiknya waktu. Sungguh, bahwa pemberitaan itu harus tersalur kapan pun, dimanpun, dan dalam konteks apa pun. Ini pertanda bahwa Paulus mengharapkan pemberitaan injil itu yang akan mempengaruhi segala aspek kehidupan jemaat Asia kecil, Firman itu seharusnya mempengaruhi kenteks manusia bukan malah sebaliknya. Baik atau tidak baik waktunya, karena ada waktunya orang tidak mendengarkan ajaran sehat lagi (ajaran sehat artinya ajaran murni). Ungkapan Paulus ini  dipengaruhi konteks yang terjadi pada saat itu,  sudah banyak para pemberita hanya memberitakan untuk menyenangkan telinga. Tidak ada lagi ajaran sehat, tidak ada lagi menyatakan kesalahan, tidak lagi berisi tegoran, tidak lagi berisi nasehat sehingga firman yang benar-benar utuh dan murni bukan lagi menjadi kebutuhan utama.  Paulus menegaskan kembali ayat 2 itu dengan menyatakan pada ayat 5 supaya menunaikan tugas pelayanan. Walaupun dunia tidak baik, atau lebih memilih memuaskan keinginan manusiawinya pemberita itu harus menguasi diri, sabar dalam penderitaan. Sifat ini terpatri dalam diri Paulus dan terkhusus dalam diri Yesus Kristus demi menyatakan kemuliaan dan kerjaanNya dalam Firman itu Ia harus menderita dan rela mati di kayu salib.
Renungan
-          Hari ini adalah bukti bahwa pemberitaan Firman itu tanggungjawab setiap orang percaya. Bukan hanya pimpinan gereja, pelayan gereja, atau tim khusus namun setiap orang percaya.
-          Apakah yang diberitakan seorang pemberita? Tentu adalah Firman itu sendiri (2 Kort 2 : 17), sebab pemberitaa itu adalah menghadirkan penyataan Allah dan kerajaan Allah kepada semua orang yang mendengar. Dan setiap orang yang mendengar mengerti kemuliaan dan kerajaan.
-          Ada waktunya firman itu tidak lagi menjadi kebutuhan yang pokok, namun tetapi sebagai orang Kristen pemberitaan itu adalah harus/tiboleh ditawar-tawar.Walapun dunia ini menganggap kita muda, tidak pintar berbicara, kurang berpengalaman, dianggap bodoh, kotbah kita membosankan. Tetapi jikalau firman itu murni, baik atau tidak baik perlu ada pemberitaan. Melalui firman ini kita tegaskan bahwa pemberita itu adalah orang yang akan melewati penderitaan jadi perlu mengawasi berbagai hal (1 Tim. 4 : 16). AMIN...


[1] Kebutuhan pelayanan GKPI Jemaat Khusus Jambi Kota dalam sermon pentua.

kOTBAH KOLOSE 4 : 1 - 6



Nats Khotbah                        : Kolose 4 : 1 – 6 
                                                                                                
Pendahuluan
Kota kolose yang tidak jauh dari Laodikia, kota ini banyak di huni oleh orang-orang Yahudia Fanatik yang menenkankan perlunya hukum keupacaraan. Dan tujuan surat ini adalah menguatkan iman dari jemaat Kolose supaya dapat membentengi yang datang dari lingkungan serta acara filosoifi agama budaya kuno pada masa itu. Sehingga Paulus menasehat mereka tentang jati diri mereka sebagai orang Kristen yang sejati untuk memikirkan hal-hal yang sorgawi. Mendorong Jemaat ini juga bertekun dalam mendalami ajaran-ajaran yang kristiani, disamping itu sebagai orang Kirsten yang sejati seharusnya menunjukkan perbedaan yang sangat siknifikan bagaimana kelayakan hidupnya sehari-hari sebagai orang Kristen. Atas dasar apa yang di imani jemaat Kolose itu juga harus diwujudyatakan bagi hidupnya sehari hari. Karena banyak ajaran yang berkembang tidak menunjukkan pola hidupnya yang sesungguhnya, misalkan etika berbicara, hubungan sosial, keadilan, dan gaya bicara.
Pembahasan Nats
Dalam Nast ini Paulus memulai pasal 4 dengan pesan kepada tuan-tuan tentang bagaimana mereka menengahkan Keadilan yang dikehendaki dari para tuan: berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu (ay. Kolose 4:1), bukan hanya keadilan yang sepenuhnya, tetapi juga pemberian hak dan kebaikan. Tepatilah janji-janji kalian kepada mereka, dan perbuatlah apa yang telah kalian sepakati. Janganlah mencurangi hak mereka, atau jangan menahan upah dari buruh (Yak. 5:4). Jangan menuntut lebih dari apa yang mampu mereka kerjakan, dan jangan membebani mereka secara tidak masuk akal dan melampaui kekuatan mereka. Sediakanlah apa yang layak bagi mereka, sediakan kebutuhan makanan dan jasmani yang memadai untuk mereka, dan izinkan mereka mendapat keleluasaan yang diperlukan supaya dapat bekerja dengan riang dan lebih mudah. Alasan yang baik mengapa harus berlaku demikian: “Ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga. Kalian, yang merupakan tuan-tuan bagi orang lain, juga memiliki Majikan dan merupakan hamba dari Tuan yang lain. Kalian bukanlah tuan atas diri kalian sendiri, dan harus bertanggung jawab terhadap Tuan di atas kalian. Maka, perlakukanlah hamba-hamba itu sebagaimana kalian ingin diperlakukan oleh Allah, dan perbuatlah itu sebagai orang-orang yang percaya bahwa semua hal harus dipertanggungjawabkan.
Jika perikop ini dianggap terkait dengan ayat sebelumnya, maka kita bisa mencermati bahwa sudah merupakan kewajiban yang harus dilakukan para tuan untuk berdoa bersama dengan para hamba mereka, dan berdoa setiap hari bersama mereka, atau untuk bertekun dalam doa. Mereka bukan hanya harus berlaku adil dan baik terhadap para hamba mereka itu, tetapi juga harus bertindak seperti orang Kristen yang saleh, yang peduli terhadap jiwa mereka, selain terhadap raga mereka: “Sebagai bagian dari tanggung jawabmu, dan juga di bawah pengaruhmu, perhatikanlah juga mengenai berkat Allah ke atas mereka, sebagaimana kamu memperhatikan keberhasilan urusanmu di tangan mereka.” Inilah kewajiban setiap orang, yaitu bertekun dalam doa. “Peliharalah waktu-waktu doamu, tanpa teralihkan oleh urusan lain. Jagalah hatimu supaya tetap melekat pada kewajiban itu, tanpa berbelok atau menjadi surut, bahkan sampai pada kesudahannya: Berjaga-jagalah. “ Orang-orang Kristen harus mempergunakan seluruh kesempatan doa mereka dan memilih saat yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat yang bebas dari gangguan hal-hal lain. Mereka juga harus menjaga pikiran supaya terpusat pada kewajiban itu, dan dalam keadaan yang sesuai untuk itu, sambil mengucap syukur, atau dengan ungkapan khidmat untuk mensyukuri belas kasihan yang sudah diterima. Pengucapan syukur haruslah menjadi bagian dalam setiap doa. Berdoa jugalah untuk kami (ay. Kolose 4:3). Jemaat harus berdoa secara khusus bagi para pelayan Tuhan yang melayani mereka dan selalu mengingat mereka dalam hati saat menghampiri takhta kasih karunia. Seolah-olah Rasul Paulus berkata, “Jangan lupakan kami saat kalian sedang berdoa bagi diri kalian sendiri,” (Ef. 6:19; 1Tes. 5:25; Ibr. 13:18). Supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, yaitu memberi kami kesempatan untuk memberitakan Injil (demikian katanya, di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting [1Kor. 16:9]), atau memberiku kecakapan dan keberanian, dan memampukanku dengan keleluasaan dan kesetiaan (Ef. 6:19), juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Kristus, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Ini bisa diartikan sebagai ajaran terdalam Injil yang diterangkan dengan jelas, dengan Kristus sebagai pokok pembicaraan utamanya (dia menamakannya rahasia Injil [Ef. 6:19]), atau mungkin juga berarti pemberitaan Injil bagi kaum bukan Yahudi, yang dinamakannya sebagai rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad (1:26) dan misteri Kristus (Ef. 3:4). Karena perkara inilah Paulus sedang dipenjarakan. Dia ditawan di Roma, karena perlawanan keras dari orang-orang Yahudi yang jahat. Dia ingin supaya jemaat berdoa baginya, supaya dia tidak menjadi tawar hati dalam pekerjaannya, atau teralihkan dari pekerjaannya itu oleh karena penderitaannya: Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya (ay. Kolose 4:4). Supaya aku dapat menyingkapkan misteri ini kepada orang-orang yang belum mendengarnya, dan menjelaskannya dengan cara yang layak sampai mereka memahaminya. Dia sudah pernah memberitahukan secara khusus apa yang didoakannya bagi mereka (ps. 1).
Rasul Paulus menasihati mereka lebih jauh lagi supaya berlaku sepatutnya terhadap semua orang yang bergaul dengan mereka, terhadap dunia yang tidak percaya, atau orang-orang yang berada di luar jemaat Kristen tempat mereka tinggal (ay. Kolose 4:5): Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar. Berhati-hatilah dalam segala tindak-tandukmu dengan mereka, supaya mereka tidak melukai kalian, atau menulari kalian dengan kebiasaan mereka, sebab pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Juga, supaya kalian tidak melukai mereka, atau menambah prasangka mereka terhadap agama, dan membuka peluang bagi mereka untuk tidak menyukainya. Ya, berbuatlah sebanyak mungkin bagi mereka, dan dengan sarana yang paling cocok dan di waktu yang paling tepat, arahkanlah mereka pada agama. Pergunakanlah waktu yang ada. Artinya, “manfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka, dan manfaatkan waktumu untuk melaksanakan kewajiban kalian“ (ketekunan mempergunakan waktu sangat mengangkat pendapat orang mengenai agama), atau juga, “hidup dengan hati-hati dan saksama, supaya mereka tidak punya alasan untuk menentang kalian, atau membuat diri kalian rentan terhadap kejahatan dan niat buruk mereka” (Ef. 5:15-16). Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat, artinya, penuh dengan marabahaya, atau saat-saat yang penuh dengan kesukaran dan penderitaan. Dan terhadap orang lain, atau orang-orang yang ada di dalam maupun di luar jemaat, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih (ay. Kolose 4:6). Biarlah seluruh percakapanmu seperti layaknya percakapan orang-orang Kristen, sesuai dengan pengakuan imanmu, yaitu sedap didengar, santun, dan pada tempatnya.” Meski tidak selalu berwujud kasih, tetapi hendaknya senantiasa penuh dengan kasih. Dan, meski percakapan kita itu mencakup hal-hal yang lumrah, hendaknya tetap ada secercah kesalehan di dalamnya dan harus dilakukan dengan cara Kristen yang tidak hambar.


APLIKASI
Bahwa kita adalah sama-sama hamba dari Tuhan yang sama dalam hubungan yang berbeda, dan pada akhirnya, sama-sama harus bertanggung jawab kepada-Nya. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” (Ef. 6:9). Sehingga tidak ada yang membedakan kita antar lainya , wibawah atau jabatan sebagai hamba itu yang harus kita perankan di dalam hidup kita.
Kasih karunia adalah garam yang membumbui percakapan kita, membuatnya sedap, dan menjaganya dari kebusukan. Sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. Sebuah jawaban layak diberikan pada seseorang, dan jawaban lainnya pada orang yang berbeda (Ams. 26:4-5). Kita amat membutuhkan banyak hikmat dan kasih karunia untuk memberi jawab yang layak kepada setiap orang, terutama dalam menjawab pertanyaan dan keberatan dari para musuh mengenai agama kita, dalam menerangkan dasar-dasar iman kita, dan dalam menunjukkan betapa tidak beralasannya tentangan dan kecaman mereka. Ini semua demi keuntungan bagi kepentingan kita dan untuk mengurangi prasangka mereka terhadap kita. Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat (1Ptr. 3:15).
Di sini dia memberi tahu mereka dengan saksama mengenai apa yang diinginkannya supaya didoakan oleh mereka bagi dirinya. Paulus sangat cakap dalam berbicara, tapi dia tetap saja meminta mereka supaya mendoakannya, sehingga dia bisa diajari bagaimana untuk bicara. Orang-orang Kristen yang terbaik dan tercakap pun membutuhkan doa orang-orang Kristen lainnya yang lebih sederhana, dan tidak terlalu angkuh untuk memintanya. Para pemberita yang hebat membutuhkan doa, supaya Allah membukakan pintu untuk pemberitaan mereka, dan supaya mereka dapat berbicara sebagaimana yang seharusnya.


Kotbah Yosua 1 : 6 - 9


Bahan Kotbah: Minggu, 14 Oktober 2018[1]
Nats                : Yosua 1 : 6 - 9
Thema            : Teguhkanlah Hatimu
Pendahuluan
Mungkin kita sudah sering mendengarkan kata teguhkanlah hatimu, dan biasanya kata ini di alamatkan kepada seseorang yang lemah atau yang sedang mengalami penderitaan misalkan: kepada orang sakit, kepada yang sedang berduka, dan sedang mengalami musibah. Kata ini adalah harapan atau berisi doa, sehingga di dalamnya ada ajakan yang di inginkan oleh si pemberi kalimat  kepada oknum yang mengalami kehidupan sulit tersebut. Isi harapan dan doa itu adalah: supaya si penderita mengalami pembaharuan dan semangat hidup, serta percaya di dalam keteguhan hatinya. Namun dalam konteks Yosua bukanlah kesedihan sakit, atau bencana alam, namun yang di alami adalah persiapan akan menjadi pemimpin bagi bangsa Israel.
Penjelasan Teks
            Kitab Yosua ini bukan lagi bagain dari kelima kitab Pentateukh/kelima kitab Musa tetapi bagian dari kelanjutan kitab tersebut. Dimana Musa sebelumnya memimpin bangsa Israel dari Mesir dalam perjalanan di padang gurun. Dalam perjalan di dataran Moab matilah Musa dan dikuburkan di tantangan Bet-peor, sehingga selama 30 hari bangsa itu berkabung menangisi kepergiaanya. Dengan peristiwa kematian Musa maka Allah akan mengangkat Yosua menjadi penerus kepemimpinannya  menuju tanah Kanaan (Psal 1 : 1 - 2). Yosua sebagai hamba Tuhan tentunya harus mempersiapkan diri secara serius, sebab menjadi pemimpin bagi Bangsa Israel sangat perlu sikap yang serius. Hal itu dilihatnya pada masa kepemimpinan Musa, dimana bangsa itu sering menolak bahkan tidak mengikuti perintah Tuhan melalui Musa.
            Maka dalam pemilihan itu Allah mempersiapkan diri Yosua untuk tampil sebagai pemimpin yang baik. Dalam persiapan inilah maka Allah menyampaikan beberapa hal, dan tiga diantaranya yang dapat kita jelaskan:
-       Kuatkan dan Teguhkan Hati
Dalam pasal ini ada 4 kali nasehat yang di alamatkan kepada Yosua, biasanya kalau teks disampaikan berulang-ulang tentu ada tekanannya, atau hal itu sangat penting untuk di dengarkan. Kalimat itu ada pada ayat 6. 7, 9 dan juga ayat18. Kata kuatkan ini terdapat juga dalam teks lain yang di dalamnya mengandung arti “mengeras, menjadi kuat, bertumbuh kuat, berani, teguh, tegas dlln”. Dan kata teguhkanlah :menyiratkan kualitas manusia yang berlawan dengan sifat pengecut, dan sifat ini dihubungkan kepada mereka-mereka yang Syahid dengan rasa percaya penuh kepada Yesus Kristus yang tidak bersumber kepada diri sendiri namun kepasrahan penuh kepada Allah. Pengunaan kalimat ini biasanya di alamatkan kepada hamba Tuhan yang mengalami ketakutan yang begitu dalam. Ketakutan inilah yang di alami oleh Yosua, ia merasa dirinya tidak sanggup menjadi hamba Tuhan dan sekaligus sebagai pemimpin bangsa itu. Jadi Yosua perlu memiliki rasa teguh dan berani bukan pada dirnya namun berserah penuh kepada sumber utama yaitu Allah. 
-       Selalu berjalan dalam hukum taurat
Disamping itu Yosus perlu bijak dan berhati-hati serta tidak menyimpang kenanan dan kekiri dalam mengemban tugasnya. Karena ia akan berjalan sekaligus akan berperang melawan para bangsa-bangsa kuno yang percaya kepada Baal dan dewa. Sehingga perjalanan kepemimpinan itu harus di dalam hukum Taurat yaitu Firman Tuhan. sehingga ayat 8 Allah tegaskan ia perlu merenungkan dan memperkatakan Firman itu siang dan malam. Kata siang dan malam adalah bentuk metafora sebab siang digambarkan sebagai titik perubahan matahari terbit setiap hari, dan malam adalah sebuah kegelapan yang berbahaya, dan kedua kata ini sifatnya selalu berulang kali. Sehingga untuk ketetapan Firman itu harus direnungkan dan diperkatakan setiap saat, hari ini juga, baik dalam kondisi bahaya, dan untuk selama-lamanya. Sehingga dengan itu Yosua akan beruntung dan berhasil membawa bangsa itu ke tanah perjanjian.
-       Yakinlah Tuhan menyertai
Yosua harus memiliki keyakinan di atas maka maka ia sampai kepada penyertaan Tuhan itu. Kali ini ia akan memasuki kota Yeriko, menyemberangi sungai Yordan, melawan bangsa Gileat dan kota Dan. Ia sadar bahwa bangsa itu tidak memiliki kekuatan apa-apa termasuk ke ahlian dalam perang. Namun dengan keyakinan kepada penyertaan Tuhan maka Yosua akan disanggupkan Tuhan.
Renungan
            Saudara Kristen!! masih banyak hal-hal baru yang akan datang, atau masih banyak peralihat-peralihan yang akan kita hadapai bahkan sangat berbeda-beda. Namun kebijakan kita adalah tetap kuat, bertumbuh kokoh selalu di dalam kepasrahan yang penuh kepada Tuhan kita Yesus Kristus (Fil 4 : 6). Kita juga akan berperang melawan iblis, menyemberangi sungai kehidupan, kekuatan kita hanyalah ketika kita hidup dan berjalan dalam Injil itu, hidup dengan benar tidak neko-neko, menyimpang kekanan dan kekiri. Sebagai pemimpin di rumah tangga, di lembaga, atau dimanapun kita akan berhasil kalau kita tetap dalam posisi setia akan ketetapan hukum Tuhan. Amin 


[1] Kebutuhan pelayanan GKPI Jemaat Khusus Jambi Kota dalam sermon pentua.