Kamis, 11 Oktober 2018

kOTBAH KOLOSE 4 : 1 - 6



Nats Khotbah                        : Kolose 4 : 1 – 6 
                                                                                                
Pendahuluan
Kota kolose yang tidak jauh dari Laodikia, kota ini banyak di huni oleh orang-orang Yahudia Fanatik yang menenkankan perlunya hukum keupacaraan. Dan tujuan surat ini adalah menguatkan iman dari jemaat Kolose supaya dapat membentengi yang datang dari lingkungan serta acara filosoifi agama budaya kuno pada masa itu. Sehingga Paulus menasehat mereka tentang jati diri mereka sebagai orang Kristen yang sejati untuk memikirkan hal-hal yang sorgawi. Mendorong Jemaat ini juga bertekun dalam mendalami ajaran-ajaran yang kristiani, disamping itu sebagai orang Kirsten yang sejati seharusnya menunjukkan perbedaan yang sangat siknifikan bagaimana kelayakan hidupnya sehari-hari sebagai orang Kristen. Atas dasar apa yang di imani jemaat Kolose itu juga harus diwujudyatakan bagi hidupnya sehari hari. Karena banyak ajaran yang berkembang tidak menunjukkan pola hidupnya yang sesungguhnya, misalkan etika berbicara, hubungan sosial, keadilan, dan gaya bicara.
Pembahasan Nats
Dalam Nast ini Paulus memulai pasal 4 dengan pesan kepada tuan-tuan tentang bagaimana mereka menengahkan Keadilan yang dikehendaki dari para tuan: berlakulah adil dan jujur terhadap hambamu (ay. Kolose 4:1), bukan hanya keadilan yang sepenuhnya, tetapi juga pemberian hak dan kebaikan. Tepatilah janji-janji kalian kepada mereka, dan perbuatlah apa yang telah kalian sepakati. Janganlah mencurangi hak mereka, atau jangan menahan upah dari buruh (Yak. 5:4). Jangan menuntut lebih dari apa yang mampu mereka kerjakan, dan jangan membebani mereka secara tidak masuk akal dan melampaui kekuatan mereka. Sediakanlah apa yang layak bagi mereka, sediakan kebutuhan makanan dan jasmani yang memadai untuk mereka, dan izinkan mereka mendapat keleluasaan yang diperlukan supaya dapat bekerja dengan riang dan lebih mudah. Alasan yang baik mengapa harus berlaku demikian: “Ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga. Kalian, yang merupakan tuan-tuan bagi orang lain, juga memiliki Majikan dan merupakan hamba dari Tuan yang lain. Kalian bukanlah tuan atas diri kalian sendiri, dan harus bertanggung jawab terhadap Tuan di atas kalian. Maka, perlakukanlah hamba-hamba itu sebagaimana kalian ingin diperlakukan oleh Allah, dan perbuatlah itu sebagai orang-orang yang percaya bahwa semua hal harus dipertanggungjawabkan.
Jika perikop ini dianggap terkait dengan ayat sebelumnya, maka kita bisa mencermati bahwa sudah merupakan kewajiban yang harus dilakukan para tuan untuk berdoa bersama dengan para hamba mereka, dan berdoa setiap hari bersama mereka, atau untuk bertekun dalam doa. Mereka bukan hanya harus berlaku adil dan baik terhadap para hamba mereka itu, tetapi juga harus bertindak seperti orang Kristen yang saleh, yang peduli terhadap jiwa mereka, selain terhadap raga mereka: “Sebagai bagian dari tanggung jawabmu, dan juga di bawah pengaruhmu, perhatikanlah juga mengenai berkat Allah ke atas mereka, sebagaimana kamu memperhatikan keberhasilan urusanmu di tangan mereka.” Inilah kewajiban setiap orang, yaitu bertekun dalam doa. “Peliharalah waktu-waktu doamu, tanpa teralihkan oleh urusan lain. Jagalah hatimu supaya tetap melekat pada kewajiban itu, tanpa berbelok atau menjadi surut, bahkan sampai pada kesudahannya: Berjaga-jagalah. “ Orang-orang Kristen harus mempergunakan seluruh kesempatan doa mereka dan memilih saat yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat yang bebas dari gangguan hal-hal lain. Mereka juga harus menjaga pikiran supaya terpusat pada kewajiban itu, dan dalam keadaan yang sesuai untuk itu, sambil mengucap syukur, atau dengan ungkapan khidmat untuk mensyukuri belas kasihan yang sudah diterima. Pengucapan syukur haruslah menjadi bagian dalam setiap doa. Berdoa jugalah untuk kami (ay. Kolose 4:3). Jemaat harus berdoa secara khusus bagi para pelayan Tuhan yang melayani mereka dan selalu mengingat mereka dalam hati saat menghampiri takhta kasih karunia. Seolah-olah Rasul Paulus berkata, “Jangan lupakan kami saat kalian sedang berdoa bagi diri kalian sendiri,” (Ef. 6:19; 1Tes. 5:25; Ibr. 13:18). Supaya Allah membuka pintu untuk pemberitaan kami, yaitu memberi kami kesempatan untuk memberitakan Injil (demikian katanya, di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan yang besar dan penting [1Kor. 16:9]), atau memberiku kecakapan dan keberanian, dan memampukanku dengan keleluasaan dan kesetiaan (Ef. 6:19), juga untuk aku, supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar, agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Kristus, yang kulayani sebagai utusan yang dipenjarakan. Ini bisa diartikan sebagai ajaran terdalam Injil yang diterangkan dengan jelas, dengan Kristus sebagai pokok pembicaraan utamanya (dia menamakannya rahasia Injil [Ef. 6:19]), atau mungkin juga berarti pemberitaan Injil bagi kaum bukan Yahudi, yang dinamakannya sebagai rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad (1:26) dan misteri Kristus (Ef. 3:4). Karena perkara inilah Paulus sedang dipenjarakan. Dia ditawan di Roma, karena perlawanan keras dari orang-orang Yahudi yang jahat. Dia ingin supaya jemaat berdoa baginya, supaya dia tidak menjadi tawar hati dalam pekerjaannya, atau teralihkan dari pekerjaannya itu oleh karena penderitaannya: Dengan demikian aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya (ay. Kolose 4:4). Supaya aku dapat menyingkapkan misteri ini kepada orang-orang yang belum mendengarnya, dan menjelaskannya dengan cara yang layak sampai mereka memahaminya. Dia sudah pernah memberitahukan secara khusus apa yang didoakannya bagi mereka (ps. 1).
Rasul Paulus menasihati mereka lebih jauh lagi supaya berlaku sepatutnya terhadap semua orang yang bergaul dengan mereka, terhadap dunia yang tidak percaya, atau orang-orang yang berada di luar jemaat Kristen tempat mereka tinggal (ay. Kolose 4:5): Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar. Berhati-hatilah dalam segala tindak-tandukmu dengan mereka, supaya mereka tidak melukai kalian, atau menulari kalian dengan kebiasaan mereka, sebab pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Juga, supaya kalian tidak melukai mereka, atau menambah prasangka mereka terhadap agama, dan membuka peluang bagi mereka untuk tidak menyukainya. Ya, berbuatlah sebanyak mungkin bagi mereka, dan dengan sarana yang paling cocok dan di waktu yang paling tepat, arahkanlah mereka pada agama. Pergunakanlah waktu yang ada. Artinya, “manfaatkan setiap kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka, dan manfaatkan waktumu untuk melaksanakan kewajiban kalian“ (ketekunan mempergunakan waktu sangat mengangkat pendapat orang mengenai agama), atau juga, “hidup dengan hati-hati dan saksama, supaya mereka tidak punya alasan untuk menentang kalian, atau membuat diri kalian rentan terhadap kejahatan dan niat buruk mereka” (Ef. 5:15-16). Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat, artinya, penuh dengan marabahaya, atau saat-saat yang penuh dengan kesukaran dan penderitaan. Dan terhadap orang lain, atau orang-orang yang ada di dalam maupun di luar jemaat, “Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih (ay. Kolose 4:6). Biarlah seluruh percakapanmu seperti layaknya percakapan orang-orang Kristen, sesuai dengan pengakuan imanmu, yaitu sedap didengar, santun, dan pada tempatnya.” Meski tidak selalu berwujud kasih, tetapi hendaknya senantiasa penuh dengan kasih. Dan, meski percakapan kita itu mencakup hal-hal yang lumrah, hendaknya tetap ada secercah kesalehan di dalamnya dan harus dilakukan dengan cara Kristen yang tidak hambar.


APLIKASI
Bahwa kita adalah sama-sama hamba dari Tuhan yang sama dalam hubungan yang berbeda, dan pada akhirnya, sama-sama harus bertanggung jawab kepada-Nya. Ingatlah, bahwa Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” (Ef. 6:9). Sehingga tidak ada yang membedakan kita antar lainya , wibawah atau jabatan sebagai hamba itu yang harus kita perankan di dalam hidup kita.
Kasih karunia adalah garam yang membumbui percakapan kita, membuatnya sedap, dan menjaganya dari kebusukan. Sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang. Sebuah jawaban layak diberikan pada seseorang, dan jawaban lainnya pada orang yang berbeda (Ams. 26:4-5). Kita amat membutuhkan banyak hikmat dan kasih karunia untuk memberi jawab yang layak kepada setiap orang, terutama dalam menjawab pertanyaan dan keberatan dari para musuh mengenai agama kita, dalam menerangkan dasar-dasar iman kita, dan dalam menunjukkan betapa tidak beralasannya tentangan dan kecaman mereka. Ini semua demi keuntungan bagi kepentingan kita dan untuk mengurangi prasangka mereka terhadap kita. Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat (1Ptr. 3:15).
Di sini dia memberi tahu mereka dengan saksama mengenai apa yang diinginkannya supaya didoakan oleh mereka bagi dirinya. Paulus sangat cakap dalam berbicara, tapi dia tetap saja meminta mereka supaya mendoakannya, sehingga dia bisa diajari bagaimana untuk bicara. Orang-orang Kristen yang terbaik dan tercakap pun membutuhkan doa orang-orang Kristen lainnya yang lebih sederhana, dan tidak terlalu angkuh untuk memintanya. Para pemberita yang hebat membutuhkan doa, supaya Allah membukakan pintu untuk pemberitaan mereka, dan supaya mereka dapat berbicara sebagaimana yang seharusnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar