Nats Khotbah : Kolose 4 : 1 – 6
Pendahuluan
Kota
kolose yang tidak jauh dari Laodikia, kota ini banyak di huni oleh orang-orang
Yahudia Fanatik yang menenkankan perlunya hukum keupacaraan. Dan tujuan surat
ini adalah menguatkan iman dari jemaat Kolose supaya dapat membentengi yang
datang dari lingkungan serta acara filosoifi agama budaya kuno pada masa itu.
Sehingga Paulus menasehat mereka tentang jati diri mereka sebagai orang Kristen
yang sejati untuk memikirkan hal-hal yang sorgawi. Mendorong Jemaat ini juga
bertekun dalam mendalami ajaran-ajaran yang kristiani, disamping itu sebagai
orang Kirsten yang sejati seharusnya menunjukkan perbedaan yang sangat
siknifikan bagaimana kelayakan hidupnya sehari-hari sebagai orang Kristen. Atas
dasar apa yang di imani jemaat Kolose itu juga harus diwujudyatakan bagi
hidupnya sehari hari. Karena banyak ajaran yang berkembang tidak menunjukkan
pola hidupnya yang sesungguhnya, misalkan etika berbicara, hubungan sosial,
keadilan, dan gaya bicara.
Pembahasan
Nats
Dalam
Nast ini Paulus memulai pasal 4 dengan pesan kepada tuan-tuan tentang bagaimana
mereka menengahkan Keadilan yang dikehendaki dari para tuan: berlakulah adil
dan jujur terhadap hambamu (ay. Kolose 4:1), bukan hanya keadilan yang
sepenuhnya, tetapi juga pemberian hak dan kebaikan. Tepatilah janji-janji
kalian kepada mereka, dan perbuatlah apa yang telah kalian sepakati. Janganlah
mencurangi hak mereka, atau jangan menahan upah dari buruh (Yak. 5:4). Jangan
menuntut lebih dari apa yang mampu mereka kerjakan, dan jangan membebani mereka
secara tidak masuk akal dan melampaui kekuatan mereka. Sediakanlah apa yang
layak bagi mereka, sediakan kebutuhan makanan dan jasmani yang memadai untuk
mereka, dan izinkan mereka mendapat keleluasaan yang diperlukan supaya dapat
bekerja dengan riang dan lebih mudah. Alasan yang baik mengapa harus berlaku
demikian: “Ingatlah, kamu juga mempunyai tuan di sorga. Kalian, yang merupakan
tuan-tuan bagi orang lain, juga memiliki Majikan dan merupakan hamba dari Tuan
yang lain. Kalian bukanlah tuan atas diri kalian sendiri, dan harus bertanggung
jawab terhadap Tuan di atas kalian. Maka, perlakukanlah hamba-hamba itu
sebagaimana kalian ingin diperlakukan oleh Allah, dan perbuatlah itu sebagai
orang-orang yang percaya bahwa semua hal harus dipertanggungjawabkan.
Jika
perikop ini dianggap terkait dengan ayat sebelumnya, maka kita bisa mencermati
bahwa sudah merupakan kewajiban yang harus dilakukan para tuan untuk berdoa
bersama dengan para hamba mereka, dan berdoa setiap hari bersama mereka, atau
untuk bertekun dalam doa. Mereka bukan hanya harus berlaku adil dan baik
terhadap para hamba mereka itu, tetapi juga harus bertindak seperti orang
Kristen yang saleh, yang peduli terhadap jiwa mereka, selain terhadap raga
mereka: “Sebagai bagian dari tanggung jawabmu, dan juga di bawah pengaruhmu,
perhatikanlah juga mengenai berkat Allah ke atas mereka, sebagaimana kamu
memperhatikan keberhasilan urusanmu di tangan mereka.” Inilah kewajiban setiap
orang, yaitu bertekun dalam doa. “Peliharalah waktu-waktu doamu, tanpa
teralihkan oleh urusan lain. Jagalah hatimu supaya tetap melekat pada kewajiban
itu, tanpa berbelok atau menjadi surut, bahkan sampai pada kesudahannya:
Berjaga-jagalah. “ Orang-orang Kristen harus mempergunakan seluruh kesempatan
doa mereka dan memilih saat yang tepat untuk melakukannya, yaitu saat yang
bebas dari gangguan hal-hal lain. Mereka juga harus menjaga pikiran supaya
terpusat pada kewajiban itu, dan dalam keadaan yang sesuai untuk itu, sambil
mengucap syukur, atau dengan ungkapan khidmat untuk mensyukuri belas kasihan
yang sudah diterima. Pengucapan syukur haruslah menjadi bagian dalam setiap
doa. Berdoa jugalah untuk kami (ay. Kolose 4:3). Jemaat harus berdoa secara
khusus bagi para pelayan Tuhan yang melayani mereka dan selalu mengingat mereka
dalam hati saat menghampiri takhta kasih karunia. Seolah-olah Rasul Paulus
berkata, “Jangan lupakan kami saat kalian sedang berdoa bagi diri kalian
sendiri,” (Ef. 6:19; 1Tes. 5:25; Ibr. 13:18). Supaya Allah membuka pintu untuk
pemberitaan kami, yaitu memberi kami kesempatan untuk memberitakan Injil
(demikian katanya, di sini banyak kesempatan bagiku untuk mengerjakan pekerjaan
yang besar dan penting [1Kor. 16:9]), atau memberiku kecakapan dan keberanian,
dan memampukanku dengan keleluasaan dan kesetiaan (Ef. 6:19), juga untuk aku,
supaya kepadaku, jika aku membuka mulutku, dikaruniakan perkataan yang benar,
agar dengan keberanian aku memberitakan rahasia Kristus, yang kulayani sebagai
utusan yang dipenjarakan. Ini bisa diartikan sebagai ajaran terdalam Injil yang
diterangkan dengan jelas, dengan Kristus sebagai pokok pembicaraan utamanya
(dia menamakannya rahasia Injil [Ef. 6:19]), atau mungkin juga berarti
pemberitaan Injil bagi kaum bukan Yahudi, yang dinamakannya sebagai rahasia
yang tersembunyi dari abad ke abad (1:26) dan misteri Kristus (Ef. 3:4). Karena
perkara inilah Paulus sedang dipenjarakan. Dia ditawan di Roma, karena
perlawanan keras dari orang-orang Yahudi yang jahat. Dia ingin supaya jemaat
berdoa baginya, supaya dia tidak menjadi tawar hati dalam pekerjaannya, atau
teralihkan dari pekerjaannya itu oleh karena penderitaannya: Dengan demikian
aku dapat menyatakannya, sebagaimana seharusnya (ay. Kolose 4:4). Supaya aku
dapat menyingkapkan misteri ini kepada orang-orang yang belum mendengarnya, dan
menjelaskannya dengan cara yang layak sampai mereka memahaminya. Dia sudah
pernah memberitahukan secara khusus apa yang didoakannya bagi mereka (ps. 1).
Rasul
Paulus menasihati mereka lebih jauh lagi supaya berlaku sepatutnya terhadap
semua orang yang bergaul dengan mereka, terhadap dunia yang tidak percaya, atau
orang-orang yang berada di luar jemaat Kristen tempat mereka tinggal (ay.
Kolose 4:5): Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar.
Berhati-hatilah dalam segala tindak-tandukmu dengan mereka, supaya mereka tidak
melukai kalian, atau menulari kalian dengan kebiasaan mereka, sebab pergaulan
yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik. Juga, supaya kalian tidak melukai
mereka, atau menambah prasangka mereka terhadap agama, dan membuka peluang bagi
mereka untuk tidak menyukainya. Ya, berbuatlah sebanyak mungkin bagi mereka,
dan dengan sarana yang paling cocok dan di waktu yang paling tepat, arahkanlah
mereka pada agama. Pergunakanlah waktu yang ada. Artinya, “manfaatkan setiap
kesempatan untuk berbuat baik kepada mereka, dan manfaatkan waktumu untuk
melaksanakan kewajiban kalian“ (ketekunan mempergunakan waktu sangat mengangkat
pendapat orang mengenai agama), atau juga, “hidup dengan hati-hati dan saksama,
supaya mereka tidak punya alasan untuk menentang kalian, atau membuat diri
kalian rentan terhadap kejahatan dan niat buruk mereka” (Ef. 5:15-16).
Perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, pergunakanlah waktu yang
ada, karena hari-hari ini adalah jahat, artinya, penuh dengan marabahaya, atau
saat-saat yang penuh dengan kesukaran dan penderitaan. Dan terhadap orang lain,
atau orang-orang yang ada di dalam maupun di luar jemaat, “Hendaklah
kata-katamu senantiasa penuh kasih (ay. Kolose 4:6). Biarlah seluruh
percakapanmu seperti layaknya percakapan orang-orang Kristen, sesuai dengan
pengakuan imanmu, yaitu sedap didengar, santun, dan pada tempatnya.” Meski
tidak selalu berwujud kasih, tetapi hendaknya senantiasa penuh dengan kasih.
Dan, meski percakapan kita itu mencakup hal-hal yang lumrah, hendaknya tetap
ada secercah kesalehan di dalamnya dan harus dilakukan dengan cara Kristen yang
tidak hambar.
APLIKASI
Bahwa
kita adalah sama-sama hamba dari Tuhan yang sama dalam hubungan yang berbeda,
dan pada akhirnya, sama-sama harus bertanggung jawab kepada-Nya. Ingatlah, bahwa
Tuhan mereka dan Tuhan kamu ada di sorga dan Ia tidak memandang muka.” (Ef.
6:9). Sehingga tidak ada yang membedakan kita antar lainya , wibawah atau
jabatan sebagai hamba itu yang harus kita perankan di dalam hidup kita.
Kasih
karunia adalah garam yang membumbui percakapan kita, membuatnya sedap, dan
menjaganya dari kebusukan. Sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi
jawab kepada setiap orang. Sebuah jawaban layak diberikan pada seseorang, dan
jawaban lainnya pada orang yang berbeda (Ams. 26:4-5). Kita amat membutuhkan
banyak hikmat dan kasih karunia untuk memberi jawab yang layak kepada setiap
orang, terutama dalam menjawab pertanyaan dan keberatan dari para musuh
mengenai agama kita, dalam menerangkan dasar-dasar iman kita, dan dalam menunjukkan
betapa tidak beralasannya tentangan dan kecaman mereka. Ini semua demi
keuntungan bagi kepentingan kita dan untuk mengurangi prasangka mereka terhadap
kita. Siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada
tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan
yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat (1Ptr. 3:15).
Di
sini dia memberi tahu mereka dengan saksama mengenai apa yang diinginkannya
supaya didoakan oleh mereka bagi dirinya. Paulus sangat cakap dalam berbicara,
tapi dia tetap saja meminta mereka supaya mendoakannya, sehingga dia bisa
diajari bagaimana untuk bicara. Orang-orang Kristen yang terbaik dan tercakap
pun membutuhkan doa orang-orang Kristen lainnya yang lebih sederhana, dan tidak
terlalu angkuh untuk memintanya. Para pemberita yang hebat membutuhkan doa,
supaya Allah membukakan pintu untuk pemberitaan mereka, dan supaya mereka dapat
berbicara sebagaimana yang seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar