Nama : Ikotison Marpaung
Hamba Tuhan Dan Roh Allah Dalam PL
I.
Pendahuluan
Sekilas kita
mendengar hamba Tuhan dalam benak kita adalah para pelayan gereja yang aktif
melayani dan berdiri setiap minggunya di altar gereja. Hal itu tidak lah perlu
untuk dipersalahkan namun yang perlu dipersoalkan sebagai bahan eavaluasi
adalah apakah mereka merasa pekerjaanya mereka adalah pekerjaan Tuhan/ROH?
Sekarang ini tingkat kesibukan manusia adalah mencari nafka dan serba instan
sehingga hal-hal yang tidak masuk rasional, dan hal-hal yang tidak dapat diukur
manusia jarang untuk dikerjakan. Peranan Roh memang dipikirkan dengan rasional
akan membawa kita kepada pemahaman yang hitam dan kabur sehingga kita kadang
tidak percaya dengan ROH.
Melihat
IPTEK yang sudah mampu menguji segalah sesuatu dengan logika telah
menghilangkan karya-karya Roh dalam hidup ini sehingga hal-hal yang bersifat
holistik sudah ditiadakan. Dan menjadikan jemaat sekarang ini mencari yang ada,
jelas, terlihat, bisa diukur, bernilai dan memiliki nilai jual yang tinggi,
misalkan uang, dan barang-barang mewah. Sebagai hamba Tuhan harus tetap duduk
dikursinya dengan kekuatan dari Roh Tuhan yang tidak kelihatan secara logika
namun akan tetap hidup dalam iman dan kepercayaan kita. Oleh karena itu dalam
sajian ini kita akan melihat bagaimana Roh Tuhan dan HambaNya dalam
pemanggilannya, perananya dan bagaimana Roh Tuhan dalam kreasiNya.
II.
Pembahasan
2.1.
Pengertian Hamba Tuhan dan Roh Allah
2.1.1.
Pengertian
Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
Hamba Tuhan
dalam PL sering disebut dengan ebed Yahwe יהוה עְבְד atau hamba Allah, kata ebed dipahami dengan budak,
hamba, pelayan. Biasanya hamba itu seseorang yang bekerja untuk kepentingan
orang lain, untuk melaksakan kehendak orang lain. Ia pekerja yang menjadi milik
tuanya. Bagi pemahaman kehidupan bangsa Israel kata hamba itu juga digunakan
untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihdapan Allahnya (Maz 119:17, Kel
4:10). Bahkan dalam pemahaman yang lain hamba menurut kebiasaan agamawi dalam
bentuk jamak arti kata ini disebut kepada orang-orang saleh (Maz 135:14), dalam
bentuk tunggal berarti keseluruhan Israel, bahkan gelar hamba juga digunakan
bagi mereka Bapak-bapak leluhur, Musa, raja-raja, dan juga para nabi.[1]
Penggunaan kata ebed juga diartikan denga kata benda yang berarti mengerjakan,
pekerjaan, melayanai, memuji, mangabdikan diri, sehingga dari penggunaan kata
ini lahirlah kata עֲבבדָה abodah yang
diartikan melayani atau mengerjakan.[2]
"
Ebed Yahweh . " Ini gelar yang digunakan untuk menggambarkan banyak nabi .
Ini adalah judul yang digunakan untuk menggambarkan Yesus . Itu adalah istilah
yang digunakan di seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam . Ini
berarti bahwa ketika seorang nabi atau orang suci Allah menyatakan dan hidup
"Firman dan Will " Tuhan , kecemasan dan penderitaan yang dihasilkan
untuk nabi karena nabi itu ditolak oleh rakyat.[3]
Hamba
Tuhan yang disebut dengan budak juga merupakan pilihan Tuhan yang dipanggil dan
dipilih oleh Tuhan serta menjadi milikNya, dan melakukan apa yang dikehendaki
Allah di dalam kehidupanNya dan seorang hamba Tuhan memiliki hubungan dekat
dengan Tuhan[4]
penggunaan hamba Tuhan dalam PL dapat kita lihat mengarah kepada mereka yang
bekerja dan melayani kepada suatu tua dan hamba itu adalah milik tuanya
sepenuhnya, dan hidup dan mati hamba itu tergantung kepada tuan itu tersebut.
Hamba Tuhan atau ebed YHWH adalah
pilihan Tuhan dan mereka adalah kepunyaan Tuhan yang harus melayani dan
memberikan dirinya untuk Tuhan dalam segi apa pun. Hamba Tuhan juga harus
mengorbankan dirinya bagi Tuhan sebagai bentuk kesetiaannya dan pengabdiannya
karena hamba harus tunduk kepada tuannya.
2.1.2.
Pengertian
Roh Allah dalam Perjanjian Lama
Istilah
Ruakh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut dengan Roh yang artinya
sesuatu yang hidup, yang tidak bebadan jasmani yang berakal budi dan
berperasaan (malaikat,setan) roh juga diartikan dengan jiwa, badan halus dan
selain itu berarti semagat (power).[5]
Dalam bahasa Ibrani disebut dengan רוּחַ
nafas, angin, roh (Kej 1:2;Yeh 37:1-14; Yun 1:4; Za 4:6)[6]. Roh Allah dalam Perjanjian Lama menggunakan
kata ruakh yang paling signifikan meliputi kehadiranNya dalam kejadian
metafisik terkhusus Roh Allah atau Spirit Of God hanya terdapat 11 kali, Roh
Tuhan atau Spirit Of Lord 25 kali dan Roh Kudus atau Holy Spirit 3 kali (Mzm
51:13, Yes 63:10,11). Bagaimanapun pekerjaan dari Roh Tuhan dapat menembus alam
biasa dan dapat hadir dalam bentuk yang bermacam-macam. Roh Allah adalah sumber
kehidupan ciptaan (Mzm 104:29; Ayb 33:4)[7].
Jadi Roh Allah adalah kekuatan, atau kuasa yang tidak kelihatan namun bisa
dirasakan. Di dalam Alkitab ada beberapa gambaran yang digunakan untuk
menunjukkan tentang roh dan pekerjaanNya:[8]
a.
Nafas hidup (life-breath), Kej 2:7 Allah
yang secara nyata menghembuskan nafas kedalam lubang hidung manusia, dan ia
menjadi mahluk hidup. Dan nafas dari semua ciptaan adalah kepunyaan Allah yang
dapat diambilNya.
b.
Agin (Wind) yang berhubungan dengan
nafas, sehingga Roh juga adalah angin
c.
Api (fire) bahwa Roh itu merupakan api
bnd. Yes 4:4; 33:11
d.
Air (water)
e.
Awan (cloud) di dalam PL awan nampak
sebagai bentuk kehadiran kemuliaan Allah. Ketika Musa berada di gunug Sinai
(Kel 24:15-18) pada pertemuan (Kel 33:9-10). Secara tertulis PL memang tidak
menyajikan akan Roh, tetapi kehadiran Allah (pada nats-nats diatas) menunjukkan
bahwa kehadrianNya itu melalui Roh.
Penjelasan
diatas dapat kita simpulkan bahwa Roh Tuhan adalah kekuatan yang berasal dari
Allah, yang hadir secara trasenden dan imanen, sehingga mereka yang menerima
Roh Tuhan mampu melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.
2.2.Hamba
Tuhan dalam PL
Sebagai hamba Tuhan bukan terlihat
dari bagaimana kecakapan bekerja dan melayani namun pemilihan hamba Tuhan
adalah inisiatif dari Allah itu sendiri. Dalam Perjanjian Lama ada beberapa
hamba Tuhan dalam Perjanjian Lam.
-
Nabi
Sebagai seorang Nabi ia
dipercayakan sebuah tugas sebagai penyambung lidah Allah yang menyatakan
kebenaran dan memberitakan firman Allah kepada umat Nya. Sejauh Perjanjian Lama
menurunkan asal-asal Nabi adalah sebuah panggilan Tuhan. dengan perantaraan
para nabi Allah menyatakan kehendaknya kepada bangsa Israel dan mengucapkan
Firman penghakiman dan keselamatan.[9]
Dari penggunaan kata nabi itu sendiri berasal dari (navi) yang berarti dipanggil dari kata kerja dalam bentuk
biphal dan hitphal yang berasal dari kata bahasa semit yang artinya berbicara. Bahkan menyatakan sesuatu
pada masa depan dan disebut juga sebagai utusan. Tugas seorang nabi yitu
bernubuat untuk masa yang akan datang, sehingga pekerjaan mereka adalah
pekerjaan seorang hamba dan mengambi kepada tuannya. Dan tugas itu dilakukan
bukan berdasar kepada diri mereka sendiri namun melaksanakan panggilan Tuhan.[10]
-
Imam
Imam () kohen yang berarti
seseorang yang berdiri yang berdiri dihadapan Allah dan seorang pelayan Allah.
dan iman adalah jabatan resmi bagi bangsa Israel pada umumnya. Ia lebih sering
bertugas dipelayanan ibadah sebagai pelayan bahkan mengawasi kemah suci ibadah
dan ia juga harus melayanai Tuhan dengan mengajarkan pengajaran Hukum dan
aturan peribadahan termasuk juga persembahan.[11]
Nabi juga memainkan peranan yang sagat penting dalam sejarah dua bangsa, Israel
dan Yehudi. Dalam Perjanjian Lama Nabi sebagai hamba Tuhan juga merupakan tokoh
yang begitu disoroti dalam Perjanjian Lama, hal ini dikarenakan mereka hidup
dalam budaya sosial masyarakat dan menikmati hidup sebagaimana masyarakat.
Kehadirannya bagi masyarakat hanyalah menubuatkan hal-hal yang diwahyukan oleh
Tuhan.[12]
-
Raja
Raja atau melek adalah raja yang
memerintah, ia bertugas sebagai pemimpin yang duduk didepan sebagai pelindung,
pembebas, penyelamat bangsa. Ia juga harus memerintah dengan adil sebagaimana
Allah taunya adil. Namun rja yang berkedudukan tinggi namun sekaligus dimata
Allah mereka adalah abdi Allah yang harus hormat dan setia dengan pekerjaan
Allah. secara umum kehadiran raja adalah hadir sebagai pemimpin yang harus
mengorganisir seluruh rakyatnya namun raja
secara umum kehadiran raja adalah hadir sebagai pemimpin yang harus
mengorganisir seluruh rakyatnya namun raja
secara umum kehadiran raja adalah hadir sebagai pemimpin yang harus
mengorganisir seluruh rakyatnya, terkhusus raja-raja Israel dan Yehuda mempunyai
sebagai kepemimpinan religius dan sangatlah penting bahwa raja ditahbiskan di
Bait Allah. Kehadiran raja menunjukkan bahwa Allah juga adalah raja yang besar
yang mengatasi segala allah (Maz 95:3)[13]
Peranan pemilihan raja adalah peranan
sebagai mereka yang harus mengabdi kepada Allah YHWH sebagai raja yang
sesungguhnya, sehingga raja juga beratnggu jawab dalam segala yang berhubungan
dengan ibadah. Bagi pemahaman bangsa bahwa raja telah ditunjuk oleh Allah,
sehingga raja memiliki kuasa untuk mendorong umat mereka dalam mempertahankan
iman perjanjian dan kesetiannya kepada Tuhan.[14]
-
Hakim
Hakim yang sering disebut dengan syofet yang berarti seorang yang menegakkan keadilan
dan kebenaran, menghukum orang yang bersalah dan membenarkan orang yang benar.
Perpenjangan tangan Allah untuk menyatakan kebenaran dibumi.[15]
Hakim adalah hamba Tuhan yang bertugas
untuk memimpin, dan menagulangi persolan keadilan yang terjadi dibangsa-Israel.
Allah juga sering disebut sebagai hakim yang menyatakan kebenaran dan keadilan.[16]
Sebagai pemimpin ibadah sekaligus perananya sebagai hamba Tuhan ada beberapa
tugasnya:
1. Imam
memelihara tempat suci diseluruh negeri, dan mereka akan mendapat nafka hidup
dari pemberian orang-orang beribadah.
2. Ia
hadir sebagai tempat untuk memintai nasehat atau pendapat dan bimbingan dari
Imam dalam hal-hal tertentu. Satu kisah yaitu saat Saul kehilangan keledaninya
dengan meminta pendapat dari Samuel (I Sam 14:41-42).
3. Imam
juga memberikan pengajaran (torah) terhadap pertanyaan mengenai ibadah. Dan
mereka mampu memeberikan suatu pernyataan apakah suatu benda layak, kudus atau
tidak digunakan atau tidak untuk kperluan ibadah. Bahkan mereka harus mebimbing
dan mengarahkan mereka kepada peribadah yang baik. (Im 10:8-11).
4. Bukan
hanya sampai disana namun Imam juga dapat menjadi mediator antara Allah dengan
umatNya ketika memberi jawaban dalam nama Allah terhadap doa-doa orang berdoa
(Bil 6:22-26). Fungsi mediator inilah menjadi ciri khas pekerjaan imam. Secara
khusus dikuduskan untuk Allah. Dan melalui kehadirannya, Allah dan umatNya
dapat dipertemukan dalam cara yang kasat mata. Sehingga pekerjaan imam juga
bukan pekerjaanya sendiri namun pekerjaan Allah sebagai imam ia adalah hamba
Allah.[17]
2.3.Hamba
Tuhan dan Roh Allah dalam PL
Untuk
memulai point ini mengenai Hamba Tuhan dan Roh Allah adalah bahwa Hamba Tuhan
adalah utusan dari Allah itu sendiri sehingga pastilah Allah sebagai
inisiatifNya memberikan hal-hal yang bersifat rohani. Allah yang mengutus
hamba-hambanya, kata kerja mengutus inipun
dipilih dengan segaja. Memang tindakan Allah kepada para hambaNya adalah
perantara antara Dia dengan bangsaNya. Allah menyatakan diriNya atau berfirman
kepada para hambaNya, serta memanggil mereka
dengan menaruh RohNYA ke atas mereka.
Roh Allah hadir sebagai memperingati,
menegur atau mengancam, menghibur. Sehingga pengutusan para hamba Tuhan itu
adalah oleh Roh untuk melindungi bangsanNya.[18]
Dalam
sejarah pemanggilan hamba Tuhan terkhusus nabi-nabi dalam perjanjian Lama
cenderung mereka dipenuhi oleh Roh TUHAN sehingga mereka menjalin hubungan yang
benar dengan TUHAN. Mereka hadir dan diutus ketengah-tengah bangsa, mereka
muncul untuk menyelamatkan kelompoknya dari serangan musuh. Mereka adalah
orang-orang yang menerima Roh TUHAN.[19]
Pemanggian nabi Yehezkiel dalam pasal 2-3 ada peranan Roh dalam pemanggilan Yehezkiel
yang menorong untuk berani menyampaikan kebenaran. Nabi Yehezkiel diangkut
kedalam pembuangan di Babylon pada tahun 597. Sebutan untuk pemanngilan
Yehezkiel lebih unik dengan “anak manusia”.[20]
Pelayanan
Yehezkiel ditengah-tengah bangsa yang terbuang sesudah pengancuran Yerusalem,
hal ini adalah hukuman TUHAN terhadap bangsa itu yang tidak setia kepadaNya.
Kejatuhan Yerusalem membawa kesengsaraan yang penuh. Bahkan dalam pasal 37
digambarkan tulang-tulang yang tidak berdaya. Dan pemanggilan Yehezkiel adalah
pemanggilan pemulihan. Demikian juga pengatahuannya tentang keadaan di
Yerusalem dapat dihubungkan dengan ekstase yang dialaminya ketika terangkat
dalam Roh ke Yerusalem. Bn lalu Roh itu mengankat aku ke antara langit dan
bumi... 8:3.[21] Konteks
yang ada dalam bangsa itu dan karen dosa, kemuliaan Allah meninggalkan Bait
Allah. Dalam pasal 37:1-14 Yehezkiel memperlihatkan bahwa bangsa itu seperti
Tulang-tulang kering yang berada
dilembah. Tulang-tulang itu sudah mati dan tidak mempunyai kehidupan bahkan
nampaknya tidak dapat dihidupkan kembali. Namun ada pembaharuan hidup yang
disampaikan oleh TUHAN kepada Yehezkiel sebagai sumber kehidupan. Pengharapan
itu datang dari TUHAN melalui Nabi Yehezkiel.[22]
Seorang nabi
bukan sekadar pemimpin agama lain di dalam sejarah Ibrani, tetapi seorang yang
dirinya telah dimasuki dan dikuasai oleh Roh Allah dan Firman Allah (Yeh 37:1,4). Karena di dalam dirinya ada
Roh dan Firman, nabi PL mempunyai tiga ciri sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang dinyatakan
secara ilahi. Seorang nabi menerima pengetahuan yang diberi Allah mengenai
orang, peristiwa, dan kebenaran penebusan. Maksud utama pengetahuan ini ialah
mendorong umat Allah agar tetap setia kepada Allah dan perjanjian-Nya. Ciri
khas nubuat PL yang menonjol ialah bahwa kehendak Allah bagi umat-Nya
dijelaskan melalui ajaran, teguran, dan peringatan. Allah memakai para nabi
untuk menyatakan hukuman-Nya sebelum itu terjadi. Dari tanah sejarah gelap
Israel dan Yehuda timbullah nubuat-nubuat khusus tentang Mesias dan kerajaan
Allah, serta ramalan aneka peristiwa dunia di masa depan.
2) Kuasa yang diberikan secara
ilahi. Para nabi tertarik ke dalam lingkaran ajaib ketika dipenuhi dengan Roh
Allah. Melalui para nabi, kuasa dan hidup Allah ditunjukkan secara adikodrati
di tengah-tengah dunia yang pada umumnya tertutup bagi itu semua.
3) Gaya hidup yang khusus. Pada
umumnya nabi-nabi meninggalkan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa untuk
hidup semata-mata bagi Allah. Mereka dengan gigih menentang penyembahan
berhala, kebejatan, dan bermacam-macam kejahatan di antara umat Allah, dan juga
mengecam korupsi dalam kehidupan para raja dan imam; mereka merupakan aktivis
yang mendukung perubahan kudus dan benar di Israel. Para nabi, yang senantiasa
giat demi kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, memperjuangkan kehendak Allah tanpa
memikirkan risiko pribadi.[23]
Selanjutnya
dapat dikatakan, bahwa jika Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Roh,
hal itu bukanlah suatu uraian yang bersifat filsafati, tetapi bahwa hal itu
menyatakan Allah di dalam firman dan karya-Nya. Di Yesaya 31:3 umpamanya, Tuhan
Allah membandingkan diri-Nya dengan Mesir. Di situ disebutkan, bahwa orang
Mesir adalah manusia, bukan Allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang
lemah, bukan roh yang berkuasa. Jadi orang Mesir disamakan dengan manusia,
sedang kekuatan perangnya disamakan dengan makhluk yang lemah, yang berarti,
bahwa kekuatan Mesir tidaklah berdaya. Sebaliknya Tuhan Allah disamakan dengan
roh, yang berarti bahwa Tuhan Allah adalah kekuatan yang mutlak dan agung.
Allah adalah Roh atau kekuatan yang dinamis. Sifat dinamis ini tampak di dalam
karya Roh itu. Menurut Yesaya 32:15 dan ayat berikutnya, Roh mengubakan. Demikianlah
Roh adalah kekuatan atau kuasa ilahi yang bekerja sebagai alat atau sarana
Tuhan Allah. Dengan Roh itu Tuhan Allah menghendaki para kerub pergi menuju ke
tempat yang di hadapannya, memberikan kekuatan badaniah yang luar biasa,
umpamanya kepada Simson, menjadikan orang dapat bernubuat, dan lain
sebagainya. Akhirnya Roh yang dinamis
itu juga mengandung di dalamnya sifat-sifat yang etis. Hal ini terang dari
Yesaya 30:1, yang mengancam dengan hukuman para anak yang murtad, yang
melaksanakan suatu rancangan yang bukan oleh dorongan Roh Tuhan. Jadi Roh Allah
yang dinamis tadi memang adalah kekuatan atau kekuasaan yang menciptakan
hal-hal yang baru, yang ditujukan kepada tujuan keagamaan. Dalam arti inilah
Roh Allah disebut: berada pada Mesias sebagai Roh hikmat dan pengertian, Roh
nasehat dan keperkasaan, Roh pengenalan dan takut akan TUHAN. Dalam arti yang
demikian itu juga dikatakan, bahwa Roh Tuhan ditaruhkan ke atas hamba TUHAN
untuk menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.[24]
Pada masa
hakim-hakim kedatangan Roh juga merupakan kejadian yang sangat luar biasa yang
memberikan kemampuan melakukan kehendak Bapa, Roh Tuhan menghakimi Dia dan ia
menghakimi (Hakim-hakim 3:10;6:34), karya itu hadri bagi tokoh-tokoh pemimpin,
hal ini dibuktikan oleh Otniel (Hak 3:10), Gideon (Hak 6:33) dan Saul (I Sam
11:6)[25].
Sebagai hamba yang setia Roh Allah adalah teman hidupnya dibuktikan oleh Raja
yang memang pada zaman kerajaan tindakan Allah yang membebaskan dan memimpin
itu dilembagakan dalam jabatan raja yang bertugas mewakili Allah ditengah
uamtNya. Setalah Daud diurapi menjadi raja, Saul menjadi takut kepada Daud
karena Roh Tuhan menyertai Daud (1 Sam 18:12). Kalau lebih lanjut dijelaskan
Roh Allah semakin menjadi paham yang abstrak dan sulit ditebak namun pekerjaan
Allah bukan hanya mempersiapkan namun Allah hadir sebagai pemberi hikmat kepada
Salomo.[26]
2.4.Refleksi
Sebagai hamba
Tuhan adalah mereka yang melakukan pekerjaan itu untuk tuanya, sehingga dengkat
singkat kita boleh sampaikan seorang
hamba harus mengetahui apa dan bagaimana pekerjaan dan hal apa yang dikerjakan
untuk tuanya. Hamba adalah budak sehingga seorang budak harus bekerja dan
meninggalkan kebiasaanya, dan kemauanya sebagai dirinya sendiri. Dan dapat kita
simpulkan hamba itu adalah bekerja bukan untuk dirinya. Nah...... bagi saudara
yang sudah mengakui bahwa kita adalah hamba Tuhan yang harus mengabdi kepada
Tuhan selayaknyalah kita harus tahu dan mengetahui pekerjaan Tuhan. kepekaan
dan kedekatan itu akan memperngaruhi dalam mengerjakan tugas-tugasnya oleh
karena itu Roh Tuhan adalah hal yang pertama dan yang utama dalam diri hamba
Tuhan. sehingga dengan itu pekerjaan kita dapat mengerti.
Dalam
situasi yang semakin serba sulit ini banyak sekali hamba Tuhan yang dianggap
bodoh oleh jemaatnya, bahkan tidak mendaptkan kepercayaan, dihina, dihakimi,
dan direndahkan, serta dikucilkan. Ketika hal ini mendekati hamba Tuhan maka
saat ini pulalah Roh sebagai sumber kekuatan itu dibutuhkan. Roh adalah sumber
kretif (Kel 31:1-11) Roh itu sumber hikmat
bahkan Roh itu mengajar orang untuk setia berjalan sesuai dengan Firman
ALLAH (Neh 9:20; Maz 143:10). Dilanjutkan lagi dengan kesibukan jemaat kita
saat ini hanya mencari hal-hal yang kelihatan dan secara logika cepat
didapatkan, namun sebagai hamba Tuhan kita harus mengutamakan hal-hal yang
tidak kelihatan seakan-akan tidak memberi harapan namun itu adalah sumber
kehidupan yang sesungguhnya. Bahkan setiap hamba Tuhan saat ini sibuk dengan
urusan-urusan politik, ekonomi yang tidak berwarna holistik. Dengan kembalinya
kita kepada pemahaman kita bahwa hal-hal yang tidak kelihatan yaitu Roh Tuhan
akan membawa kita kepada kehidupan yang baru (Yeh 37:14)
III.
Kesimpulan
Hamba Tuhan
dalah utusan Allah itu sendiri yang harus merendahkan diri dihadapan tuanya.
Sehingga dengan kerendahan itu ada nilai bahwa kita adalah hamba yang setia.
Hamba itu adalah orang yang mengapdi kepada Tuannya yaitu Allah, sehingga
mereka harus mau didik, ditegur, diilhami dengan kuasa Roh Tuhan. utusan dan
pengutusan itu adalah bentuk bahwa pekerjaan itu adalah bukan pekerjaan manusia
namun sebuah Visi dan Misi Allah yang harus dikerjakan oleh tangan-tangan Allah
melalui hambanya. Keberanian, ketekunan, hikmat akan datang kepada mereka
melalui ROH TUHAN.
IV.
Daftar
Pustaka
BakeDavid L. r, Mari
Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2005
Baker D.L. dan
A.A. Sitompul, Kamus Singkat
Ibrani-Indonesia, Jakarta:BPK-GM, 2010
Barth C., Theologia
Perjanjian Lama 4, Jakarta:BPK-GM, 2009
BaturSani i, Ernest dan Freda Maxwell, Melihat Ke Dalam Perjanjian Lama Bagian
Keempat-Kitab Para Nabi Yesaya Sampai Dengan Meleakhi, Bandung: Yayasan
Kalam Hidup, 1998
Blomendaal J., Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta:
BPK-GM, 2008
Browning W.R.F., Kamus
Alkitab, Jakarta:BPK-GM, 2011
Bullock C. Hassell, Kitab
Nabi-Nabi Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2009
CarpenteEugene r, Dictionary
Of The Old Testamant Teology & Exegesis Vol. 3, United Kingdom:
Paternoster Press, 1997
Dister Nico Syukur, Teologi
Sistenatika I, Yogyakarta: Kanisius, 2004
Drane John, Memahami
Perjanjian Lam II, Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB,
2003
Drane John, Memahami
Perjanjian Lam III, Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB,
2003
E.Hill Andrew, , Survei
Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
Hoad
J.W.L., Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008
Karkkainen
Yeli Math, Pneumatology, Michigan:
Baker Akademik, 2002
Manley G.T, Hakim,
Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:
Balai Pustaka, 1988
Tim Penyusun, The Interpeteres Dictionary Of The Bible, Nashville:
Abingdon Press, 1986
Tubigen D.
Kellermann, Teological Dictionary Of The
Old Tastemant, Vol VI, Michigan: Ermands Publishing Company, 1992
Vanbemeren
Williem A., Dictionary Of The Old
Testament Theology and Exegetis (Vol. 3), Amerika: Designed and Typest,
1984
Wahono S. Wismoady, Disini
Kutemukan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000
Sumber
Internet
http://www.sarapanpagi.org/menuhankan-jesus-dan-roh-kudus-vt6358.html
[1] J.W.L. Hoad,
Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab
Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008, hlm. 360
[2] Eugene
Carpenter, Dictionary Of The Old
Testamant Teology & Exegesis Vol. 3, United Kingdom: Paternoster Press,
1997, pg. 304
[3]
http://www.stpaulchurchyso.org/2013/02/ebed-yahweh/, Diakses pada
hari/tanggal jumat, 08, Nov, 2013
[4] Tim
Penyusun, The Interpeteres Dictionary Of
The Bible, Nashville: Abingdon Press, 1986, hlm. 292
[7] Williem A.
Vanbemeren, Dictionary Of The Old
Testament Theology and Exegetis (Vol. 3), Amerika: Designed and Typest,
1984, P. 1075
[11] D.
Kellermann Tubigen, Teological Dictionary
Of The Old Tastemant, Vol VI, Michigan: Ermands Publishing Company, 1992,
hlm. 486-489
[12] John Drane, Memahami Perjanjian Lam II, Jakarta:
Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB, 2003, hlm. 54
[14] John Drane, Memahami Perjanjian Lam III, Jakarta:
Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB, 2003, hlm. 110
[22] Sani Baturi,
Ernest dan Freda Maxwell, Melihat Ke
Dalam Perjanjian Lama Bagian Keempat-Kitab Para Nabi Yesaya Sampai Dengan
Meleakhi, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998, hlm. 147-149
[24] http://www.sarapanpagi.org/menuhankan-jesus-dan-roh-kudus-vt6358.html, Diakses pada hari/tanggal jumat, 08, Nov, 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar