Kamis, 11 Oktober 2018

Hamba Tuhan dan Roh Allah


Nama              : Ikotison Marpaung

Hamba Tuhan Dan Roh Allah Dalam PL
I.                   Pendahuluan
Sekilas kita mendengar hamba Tuhan dalam benak kita adalah para pelayan gereja yang aktif melayani dan berdiri setiap minggunya di altar gereja. Hal itu tidak lah perlu untuk dipersalahkan namun yang perlu dipersoalkan sebagai bahan eavaluasi adalah apakah mereka merasa pekerjaanya mereka adalah pekerjaan Tuhan/ROH? Sekarang ini tingkat kesibukan manusia adalah mencari nafka dan serba instan sehingga hal-hal yang tidak masuk rasional, dan hal-hal yang tidak dapat diukur manusia jarang untuk dikerjakan. Peranan Roh memang dipikirkan dengan rasional akan membawa kita kepada pemahaman yang hitam dan kabur sehingga kita kadang tidak percaya dengan ROH.
            Melihat IPTEK yang sudah mampu menguji segalah sesuatu dengan logika telah menghilangkan karya-karya Roh dalam hidup ini sehingga hal-hal yang bersifat holistik sudah ditiadakan. Dan menjadikan jemaat sekarang ini mencari yang ada, jelas, terlihat, bisa diukur, bernilai dan memiliki nilai jual yang tinggi, misalkan uang, dan barang-barang mewah. Sebagai hamba Tuhan harus tetap duduk dikursinya dengan kekuatan dari Roh Tuhan yang tidak kelihatan secara logika namun akan tetap hidup dalam iman dan kepercayaan kita. Oleh karena itu dalam sajian ini kita akan melihat bagaimana Roh Tuhan dan HambaNya dalam pemanggilannya, perananya dan bagaimana Roh Tuhan dalam kreasiNya.

II.                Pembahasan
2.1. Pengertian Hamba Tuhan dan Roh Allah
2.1.1.      Pengertian Hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama
Hamba Tuhan dalam PL sering disebut dengan ebed Yahwe יהוה עְבְד  atau hamba Allah, kata ebed dipahami dengan budak, hamba, pelayan. Biasanya hamba itu seseorang yang bekerja untuk kepentingan orang lain, untuk melaksakan kehendak orang lain. Ia pekerja yang menjadi milik tuanya. Bagi pemahaman kehidupan bangsa Israel kata hamba itu juga digunakan untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihdapan Allahnya (Maz 119:17, Kel 4:10). Bahkan dalam pemahaman yang lain hamba menurut kebiasaan agamawi dalam bentuk jamak arti kata ini disebut kepada orang-orang saleh (Maz 135:14), dalam bentuk tunggal berarti keseluruhan Israel, bahkan gelar hamba juga digunakan bagi mereka Bapak-bapak leluhur, Musa, raja-raja, dan juga para nabi.[1]  Penggunaan kata ebed juga diartikan denga kata benda yang berarti mengerjakan, pekerjaan, melayanai, memuji, mangabdikan diri, sehingga dari penggunaan kata ini lahirlah kata עֲבבדָה abodah yang diartikan melayani atau mengerjakan.[2]
" Ebed Yahweh . " Ini gelar yang digunakan untuk menggambarkan banyak nabi . Ini adalah judul yang digunakan untuk menggambarkan Yesus . Itu adalah istilah yang digunakan di seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru ke dalam . Ini berarti bahwa ketika seorang nabi atau orang suci Allah menyatakan dan hidup "Firman dan Will " Tuhan , kecemasan dan penderitaan yang dihasilkan untuk nabi karena nabi itu ditolak oleh rakyat.[3]
Hamba Tuhan yang disebut dengan budak juga merupakan pilihan Tuhan yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan serta menjadi milikNya, dan melakukan apa yang dikehendaki Allah di dalam kehidupanNya dan seorang hamba Tuhan memiliki hubungan dekat dengan Tuhan[4] penggunaan hamba Tuhan dalam PL dapat kita lihat mengarah kepada mereka yang bekerja dan melayani kepada suatu tua dan hamba itu adalah milik tuanya sepenuhnya, dan hidup dan mati hamba itu tergantung kepada tuan itu tersebut. Hamba Tuhan atau ebed YHWH adalah pilihan Tuhan dan mereka adalah kepunyaan Tuhan yang harus melayani dan memberikan dirinya untuk Tuhan dalam segi apa pun. Hamba Tuhan juga harus mengorbankan dirinya bagi Tuhan sebagai bentuk kesetiaannya dan pengabdiannya karena hamba harus tunduk kepada tuannya.

2.1.2.      Pengertian Roh Allah dalam Perjanjian Lama
Istilah Ruakh dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut dengan Roh yang artinya sesuatu yang hidup, yang tidak bebadan jasmani yang berakal budi dan berperasaan (malaikat,setan) roh juga diartikan dengan jiwa, badan halus dan selain itu berarti semagat (power).[5] Dalam bahasa Ibrani disebut dengan רוּחַ nafas, angin, roh (Kej 1:2;Yeh 37:1-14; Yun 1:4; Za 4:6)[6].  Roh Allah dalam Perjanjian Lama menggunakan kata ruakh yang paling signifikan meliputi kehadiranNya dalam kejadian metafisik terkhusus Roh Allah atau Spirit Of God hanya terdapat 11 kali, Roh Tuhan atau Spirit Of Lord 25 kali dan Roh Kudus atau Holy Spirit 3 kali (Mzm 51:13, Yes 63:10,11). Bagaimanapun pekerjaan dari Roh Tuhan dapat menembus alam biasa dan dapat hadir dalam bentuk yang bermacam-macam. Roh Allah adalah sumber kehidupan ciptaan (Mzm 104:29; Ayb 33:4)[7]. Jadi Roh Allah adalah kekuatan, atau kuasa yang tidak kelihatan namun bisa dirasakan. Di dalam Alkitab ada beberapa gambaran yang digunakan untuk menunjukkan tentang roh dan pekerjaanNya:[8]
a.       Nafas hidup (life-breath), Kej 2:7 Allah yang secara nyata menghembuskan nafas kedalam lubang hidung manusia, dan ia menjadi mahluk hidup. Dan nafas dari semua ciptaan adalah kepunyaan Allah yang dapat diambilNya.
b.      Agin (Wind) yang berhubungan dengan nafas, sehingga Roh juga adalah angin
c.       Api (fire) bahwa Roh itu merupakan api bnd. Yes 4:4; 33:11
d.      Air (water)
e.       Awan (cloud) di dalam PL awan nampak sebagai bentuk kehadiran kemuliaan Allah. Ketika Musa berada di gunug Sinai (Kel 24:15-18) pada pertemuan (Kel 33:9-10). Secara tertulis PL memang tidak menyajikan akan Roh, tetapi kehadiran Allah (pada nats-nats diatas) menunjukkan bahwa kehadrianNya itu melalui Roh.
Penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa Roh Tuhan adalah kekuatan yang berasal dari Allah, yang hadir secara trasenden dan imanen, sehingga mereka yang menerima Roh Tuhan mampu melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh manusia.

2.2.Hamba Tuhan dalam PL
Sebagai hamba Tuhan bukan terlihat dari bagaimana kecakapan bekerja dan melayani namun pemilihan hamba Tuhan adalah inisiatif dari Allah itu sendiri. Dalam Perjanjian Lama ada beberapa hamba Tuhan dalam Perjanjian Lam.
-          Nabi
Sebagai seorang Nabi ia dipercayakan sebuah tugas sebagai penyambung lidah Allah yang menyatakan kebenaran dan memberitakan firman Allah kepada umat Nya. Sejauh Perjanjian Lama menurunkan asal-asal Nabi adalah sebuah panggilan Tuhan. dengan perantaraan para nabi Allah menyatakan kehendaknya kepada bangsa Israel dan mengucapkan Firman penghakiman dan keselamatan.[9] Dari penggunaan kata nabi itu sendiri berasal dari (navi) yang berarti dipanggil dari kata kerja dalam bentuk biphal dan hitphal yang berasal dari kata bahasa semit yang artinya berbicara. Bahkan menyatakan sesuatu pada masa depan dan disebut juga sebagai utusan. Tugas seorang nabi yitu bernubuat untuk masa yang akan datang, sehingga pekerjaan mereka adalah pekerjaan seorang hamba dan mengambi kepada tuannya. Dan tugas itu dilakukan bukan berdasar kepada diri mereka sendiri namun melaksanakan panggilan Tuhan.[10]
-          Imam
Imam () kohen yang berarti seseorang yang berdiri yang berdiri dihadapan Allah dan seorang pelayan Allah. dan iman adalah jabatan resmi bagi bangsa Israel pada umumnya. Ia lebih sering bertugas dipelayanan ibadah sebagai pelayan bahkan mengawasi kemah suci ibadah dan ia juga harus melayanai Tuhan dengan mengajarkan pengajaran Hukum dan aturan peribadahan termasuk juga persembahan.[11] Nabi juga memainkan peranan yang sagat penting dalam sejarah dua bangsa, Israel dan Yehudi. Dalam Perjanjian Lama Nabi sebagai hamba Tuhan juga merupakan tokoh yang begitu disoroti dalam Perjanjian Lama, hal ini dikarenakan mereka hidup dalam budaya sosial masyarakat dan menikmati hidup sebagaimana masyarakat. Kehadirannya bagi masyarakat hanyalah menubuatkan hal-hal yang diwahyukan oleh Tuhan.[12]
-          Raja
Raja atau melek adalah raja yang memerintah, ia bertugas sebagai pemimpin yang duduk didepan sebagai pelindung, pembebas, penyelamat bangsa. Ia juga harus memerintah dengan adil sebagaimana Allah taunya adil. Namun rja yang berkedudukan tinggi namun sekaligus dimata Allah mereka adalah abdi Allah yang harus hormat dan setia dengan pekerjaan Allah. secara umum kehadiran raja adalah hadir sebagai pemimpin yang harus mengorganisir seluruh rakyatnya namun raja  secara umum kehadiran raja adalah hadir sebagai pemimpin yang harus mengorganisir seluruh rakyatnya namun raja  secara umum kehadiran raja adalah hadir sebagai pemimpin yang harus mengorganisir seluruh rakyatnya, terkhusus raja-raja Israel dan Yehuda mempunyai sebagai kepemimpinan religius dan sangatlah penting bahwa raja ditahbiskan di Bait Allah. Kehadiran raja menunjukkan bahwa Allah juga adalah raja yang besar yang mengatasi segala allah (Maz 95:3)[13]  Peranan pemilihan raja adalah peranan sebagai mereka yang harus mengabdi kepada Allah YHWH sebagai raja yang sesungguhnya, sehingga raja juga beratnggu jawab dalam segala yang berhubungan dengan ibadah. Bagi pemahaman bangsa bahwa raja telah ditunjuk oleh Allah, sehingga raja memiliki kuasa untuk mendorong umat mereka dalam mempertahankan iman perjanjian dan kesetiannya kepada Tuhan.[14]
-          Hakim
Hakim yang sering disebut dengan syofet  yang berarti seorang yang menegakkan keadilan dan kebenaran, menghukum orang yang bersalah dan membenarkan orang yang benar. Perpenjangan tangan Allah untuk menyatakan kebenaran dibumi.[15]   Hakim adalah hamba Tuhan yang bertugas untuk memimpin, dan menagulangi persolan keadilan yang terjadi dibangsa-Israel. Allah juga sering disebut sebagai hakim yang menyatakan kebenaran dan keadilan.[16] Sebagai pemimpin ibadah sekaligus perananya sebagai hamba Tuhan ada beberapa tugasnya:
1.      Imam memelihara tempat suci diseluruh negeri, dan mereka akan mendapat nafka hidup dari pemberian orang-orang beribadah.
2.      Ia hadir sebagai tempat untuk memintai nasehat atau pendapat dan bimbingan dari Imam dalam hal-hal tertentu. Satu kisah yaitu saat Saul kehilangan keledaninya dengan meminta pendapat dari Samuel (I Sam 14:41-42).
3.      Imam juga memberikan pengajaran (torah) terhadap pertanyaan mengenai ibadah. Dan mereka mampu memeberikan suatu pernyataan apakah suatu benda layak, kudus atau tidak digunakan atau tidak untuk kperluan ibadah. Bahkan mereka harus mebimbing dan mengarahkan mereka kepada peribadah yang baik. (Im 10:8-11).
4.      Bukan hanya sampai disana namun Imam juga dapat menjadi mediator antara Allah dengan umatNya ketika memberi jawaban dalam nama Allah terhadap doa-doa orang berdoa (Bil 6:22-26). Fungsi mediator inilah menjadi ciri khas pekerjaan imam. Secara khusus dikuduskan untuk Allah. Dan melalui kehadirannya, Allah dan umatNya dapat dipertemukan dalam cara yang kasat mata. Sehingga pekerjaan imam juga bukan pekerjaanya sendiri namun pekerjaan Allah sebagai imam ia adalah hamba Allah.[17]

2.3.Hamba Tuhan dan Roh Allah dalam PL
Untuk memulai point ini mengenai Hamba Tuhan dan Roh Allah adalah bahwa Hamba Tuhan adalah utusan dari Allah itu sendiri sehingga pastilah Allah sebagai inisiatifNya memberikan hal-hal yang bersifat rohani. Allah yang mengutus hamba-hambanya, kata kerja mengutus inipun dipilih dengan segaja. Memang tindakan Allah kepada para hambaNya adalah perantara antara Dia dengan bangsaNya. Allah menyatakan diriNya atau berfirman kepada para hambaNya, serta memanggil mereka dengan menaruh RohNYA ke atas mereka. Roh Allah hadir sebagai memperingati, menegur atau mengancam, menghibur. Sehingga pengutusan para hamba Tuhan itu adalah oleh Roh untuk melindungi bangsanNya.[18]
Dalam sejarah pemanggilan hamba Tuhan terkhusus nabi-nabi dalam perjanjian Lama cenderung mereka dipenuhi oleh Roh TUHAN sehingga mereka menjalin hubungan yang benar dengan TUHAN. Mereka hadir dan diutus ketengah-tengah bangsa, mereka muncul untuk menyelamatkan kelompoknya dari serangan musuh. Mereka adalah orang-orang yang menerima Roh TUHAN.[19] Pemanggian nabi Yehezkiel dalam pasal 2-3 ada peranan Roh dalam pemanggilan Yehezkiel yang menorong untuk berani menyampaikan kebenaran. Nabi Yehezkiel diangkut kedalam pembuangan di Babylon pada tahun 597. Sebutan untuk pemanngilan Yehezkiel lebih unik dengan “anak manusia”.[20]
Pelayanan Yehezkiel ditengah-tengah bangsa yang terbuang sesudah pengancuran Yerusalem, hal ini adalah hukuman TUHAN terhadap bangsa itu yang tidak setia kepadaNya. Kejatuhan Yerusalem membawa kesengsaraan yang penuh. Bahkan dalam pasal 37 digambarkan tulang-tulang yang tidak berdaya. Dan pemanggilan Yehezkiel adalah pemanggilan pemulihan. Demikian juga pengatahuannya tentang keadaan di Yerusalem dapat dihubungkan dengan ekstase yang dialaminya ketika terangkat dalam Roh ke Yerusalem. Bn lalu Roh itu mengankat aku ke antara langit dan bumi... 8:3.[21] Konteks yang ada dalam bangsa itu dan karen dosa, kemuliaan Allah meninggalkan Bait Allah. Dalam pasal 37:1-14 Yehezkiel memperlihatkan bahwa bangsa itu seperti Tulang-tulang  kering yang berada dilembah. Tulang-tulang itu sudah mati dan tidak mempunyai kehidupan bahkan nampaknya tidak dapat dihidupkan kembali. Namun ada pembaharuan hidup yang disampaikan oleh TUHAN kepada Yehezkiel sebagai sumber kehidupan. Pengharapan itu datang dari TUHAN melalui Nabi Yehezkiel.[22]
Seorang nabi bukan sekadar pemimpin agama lain di dalam sejarah Ibrani, tetapi seorang yang dirinya telah dimasuki dan dikuasai oleh Roh Allah dan Firman Allah (Yeh 37:1,4). Karena di dalam dirinya ada Roh dan Firman, nabi PL mempunyai tiga ciri sebagai berikut:
1) Pengetahuan yang dinyatakan secara ilahi. Seorang nabi menerima pengetahuan yang diberi Allah mengenai orang, peristiwa, dan kebenaran penebusan. Maksud utama pengetahuan ini ialah mendorong umat Allah agar tetap setia kepada Allah dan perjanjian-Nya. Ciri khas nubuat PL yang menonjol ialah bahwa kehendak Allah bagi umat-Nya dijelaskan melalui ajaran, teguran, dan peringatan. Allah memakai para nabi untuk menyatakan hukuman-Nya sebelum itu terjadi. Dari tanah sejarah gelap Israel dan Yehuda timbullah nubuat-nubuat khusus tentang Mesias dan kerajaan Allah, serta ramalan aneka peristiwa dunia di masa depan.
2) Kuasa yang diberikan secara ilahi. Para nabi tertarik ke dalam lingkaran ajaib ketika dipenuhi dengan Roh Allah. Melalui para nabi, kuasa dan hidup Allah ditunjukkan secara adikodrati di tengah-tengah dunia yang pada umumnya tertutup bagi itu semua.
3) Gaya hidup yang khusus. Pada umumnya nabi-nabi meninggalkan kegiatan hidup sehari-hari yang biasa untuk hidup semata-mata bagi Allah. Mereka dengan gigih menentang penyembahan berhala, kebejatan, dan bermacam-macam kejahatan di antara umat Allah, dan juga mengecam korupsi dalam kehidupan para raja dan imam; mereka merupakan aktivis yang mendukung perubahan kudus dan benar di Israel. Para nabi, yang senantiasa giat demi kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, memperjuangkan kehendak Allah tanpa memikirkan risiko pribadi.[23]
Selanjutnya dapat dikatakan, bahwa jika Tuhan Allah memperkenalkan diri-Nya sebagai Roh, hal itu bukanlah suatu uraian yang bersifat filsafati, tetapi bahwa hal itu menyatakan Allah di dalam firman dan karya-Nya. Di Yesaya 31:3 umpamanya, Tuhan Allah membandingkan diri-Nya dengan Mesir. Di situ disebutkan, bahwa orang Mesir adalah manusia, bukan Allah, dan kuda-kuda mereka adalah makhluk yang lemah, bukan roh yang berkuasa. Jadi orang Mesir disamakan dengan manusia, sedang kekuatan perangnya disamakan dengan makhluk yang lemah, yang berarti, bahwa kekuatan Mesir tidaklah berdaya. Sebaliknya Tuhan Allah disamakan dengan roh, yang berarti bahwa Tuhan Allah adalah kekuatan yang mutlak dan agung. Allah adalah Roh atau kekuatan yang dinamis. Sifat dinamis ini tampak di dalam karya Roh itu. Menurut Yesaya 32:15 dan ayat berikutnya, Roh mengubakan. Demikianlah Roh adalah kekuatan atau kuasa ilahi yang bekerja sebagai alat atau sarana Tuhan Allah. Dengan Roh itu Tuhan Allah menghendaki para kerub pergi menuju ke tempat yang di hadapannya, memberikan kekuatan badaniah yang luar biasa, umpamanya kepada Simson, menjadikan orang dapat bernubuat, dan lain sebagainya.  Akhirnya Roh yang dinamis itu juga mengandung di dalamnya sifat-sifat yang etis. Hal ini terang dari Yesaya 30:1, yang mengancam dengan hukuman para anak yang murtad, yang melaksanakan suatu rancangan yang bukan oleh dorongan Roh Tuhan. Jadi Roh Allah yang dinamis tadi memang adalah kekuatan atau kekuasaan yang menciptakan hal-hal yang baru, yang ditujukan kepada tujuan keagamaan. Dalam arti inilah Roh Allah disebut: berada pada Mesias sebagai Roh hikmat dan pengertian, Roh nasehat dan keperkasaan, Roh pengenalan dan takut akan TUHAN. Dalam arti yang demikian itu juga dikatakan, bahwa Roh Tuhan ditaruhkan ke atas hamba TUHAN untuk menyatakan hukum kepada bangsa-bangsa.[24]
Pada masa hakim-hakim kedatangan Roh juga merupakan kejadian yang sangat luar biasa yang memberikan kemampuan melakukan kehendak Bapa, Roh Tuhan menghakimi Dia dan ia menghakimi (Hakim-hakim 3:10;6:34), karya itu hadri bagi tokoh-tokoh pemimpin, hal ini dibuktikan oleh Otniel (Hak 3:10), Gideon (Hak 6:33) dan Saul (I Sam 11:6)[25]. Sebagai hamba yang setia Roh Allah adalah teman hidupnya dibuktikan oleh Raja yang memang pada zaman kerajaan tindakan Allah yang membebaskan dan memimpin itu dilembagakan dalam jabatan raja yang bertugas mewakili Allah ditengah uamtNya. Setalah Daud diurapi menjadi raja, Saul menjadi takut kepada Daud karena Roh Tuhan menyertai Daud (1 Sam 18:12). Kalau lebih lanjut dijelaskan Roh Allah semakin menjadi paham yang abstrak dan sulit ditebak namun pekerjaan Allah bukan hanya mempersiapkan namun Allah hadir sebagai pemberi hikmat kepada Salomo.[26]

2.4.Refleksi
Sebagai hamba Tuhan adalah mereka yang melakukan pekerjaan itu untuk tuanya, sehingga dengkat singkat  kita boleh sampaikan seorang hamba harus mengetahui apa dan bagaimana pekerjaan dan hal apa yang dikerjakan untuk tuanya. Hamba adalah budak sehingga seorang budak harus bekerja dan meninggalkan kebiasaanya, dan kemauanya sebagai dirinya sendiri. Dan dapat kita simpulkan hamba itu adalah bekerja bukan untuk dirinya. Nah...... bagi saudara yang sudah mengakui bahwa kita adalah hamba Tuhan yang harus mengabdi kepada Tuhan selayaknyalah kita harus tahu dan mengetahui pekerjaan Tuhan. kepekaan dan kedekatan itu akan memperngaruhi dalam mengerjakan tugas-tugasnya oleh karena itu Roh Tuhan adalah hal yang pertama dan yang utama dalam diri hamba Tuhan. sehingga dengan itu pekerjaan kita dapat mengerti.
            Dalam situasi yang semakin serba sulit ini banyak sekali hamba Tuhan yang dianggap bodoh oleh jemaatnya, bahkan tidak mendaptkan kepercayaan, dihina, dihakimi, dan direndahkan, serta dikucilkan. Ketika hal ini mendekati hamba Tuhan maka saat ini pulalah Roh sebagai sumber kekuatan itu dibutuhkan. Roh adalah sumber kretif (Kel 31:1-11) Roh itu sumber hikmat  bahkan Roh itu mengajar orang untuk setia berjalan sesuai dengan Firman ALLAH (Neh 9:20; Maz 143:10). Dilanjutkan lagi dengan kesibukan jemaat kita saat ini hanya mencari hal-hal yang kelihatan dan secara logika cepat didapatkan, namun sebagai hamba Tuhan kita harus mengutamakan hal-hal yang tidak kelihatan seakan-akan tidak memberi harapan namun itu adalah sumber kehidupan yang sesungguhnya. Bahkan setiap hamba Tuhan saat ini sibuk dengan urusan-urusan politik, ekonomi yang tidak berwarna holistik. Dengan kembalinya kita kepada pemahaman kita bahwa hal-hal yang tidak kelihatan yaitu Roh Tuhan akan membawa kita kepada kehidupan yang baru (Yeh 37:14)

III.             Kesimpulan
Hamba Tuhan dalah utusan Allah itu sendiri yang harus merendahkan diri dihadapan tuanya. Sehingga dengan kerendahan itu ada nilai bahwa kita adalah hamba yang setia. Hamba itu adalah orang yang mengapdi kepada Tuannya yaitu Allah, sehingga mereka harus mau didik, ditegur, diilhami dengan kuasa Roh Tuhan. utusan dan pengutusan itu adalah bentuk bahwa pekerjaan itu adalah bukan pekerjaan manusia namun sebuah Visi dan Misi Allah yang harus dikerjakan oleh tangan-tangan Allah melalui hambanya. Keberanian, ketekunan, hikmat akan datang kepada mereka melalui ROH TUHAN.

IV.             Daftar Pustaka
BakeDavid L. r, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2005
Baker D.L. dan A.A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, Jakarta:BPK-GM, 2010
Barth C., Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta:BPK-GM, 2009
BaturSani i, Ernest dan Freda Maxwell, Melihat Ke Dalam Perjanjian Lama Bagian Keempat-Kitab Para Nabi Yesaya Sampai Dengan Meleakhi, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998
Blomendaal J.,  Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2008
Browning W.R.F., Kamus Alkitab, Jakarta:BPK-GM, 2011
Bullock C. Hassell, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2009
CarpenteEugene r, Dictionary Of The Old Testamant Teology & Exegesis Vol. 3, United Kingdom: Paternoster Press, 1997
Dister Nico Syukur, Teologi Sistenatika I, Yogyakarta: Kanisius, 2004
Drane John, Memahami Perjanjian Lam II, Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB, 2003
Drane John, Memahami Perjanjian Lam III, Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB, 2003
E.Hill Andrew, , Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004
 Hoad J.W.L., Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008
Karkkainen Yeli Math, Pneumatology, Michigan: Baker Akademik, 2002
Manley G.T, Hakim, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008
Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Tim Penyusun, The Interpeteres Dictionary Of The Bible, Nashville: Abingdon Press, 1986
Tubigen D. Kellermann, Teological Dictionary Of The Old Tastemant, Vol VI, Michigan: Ermands Publishing Company, 1992
Vanbemeren Williem A., Dictionary Of The Old Testament Theology and Exegetis (Vol. 3), Amerika: Designed and Typest, 1984
Wahono S. Wismoady, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000
Sumber Internet
http://www.sarapanpagi.org/menuhankan-jesus-dan-roh-kudus-vt6358.html


[1] J.W.L. Hoad, Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008, hlm. 360
[2] Eugene Carpenter, Dictionary Of The Old Testamant Teology & Exegesis Vol. 3, United Kingdom: Paternoster Press, 1997, pg. 304
[3] http://www.stpaulchurchyso.org/2013/02/ebed-yahweh/, Diakses pada hari/tanggal jumat, 08, Nov, 2013
[4] Tim Penyusun, The Interpeteres Dictionary Of The Bible, Nashville: Abingdon Press, 1986, hlm. 292
[5] Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1988, Hlm. 752
[6] D.L. Baker dan A.A. Sitompul, Kamus Singkat Ibrani-Indonesia, Jakarta:BPK-GM, 2010, Hlm. 56
[7] Williem A. Vanbemeren, Dictionary Of The Old Testament Theology and Exegetis (Vol. 3), Amerika: Designed and Typest, 1984, P. 1075
[8] Yeli Math Karkkainen, Pneumatology, Michigan: Baker Akademik, 2002, P. 23-25
[9] C. Hassell Bullock, Kitab Nabi-Nabi Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2009, hlm. 18
[10] David L. Baker, Mari Mengenal Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2005, hlm. 49
[11] D. Kellermann Tubigen, Teological Dictionary Of The Old Tastemant, Vol VI, Michigan: Ermands Publishing Company, 1992, hlm. 486-489
[12] John Drane, Memahami Perjanjian Lam II, Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB, 2003, hlm. 54
[13] W.R.F. Browning, Kamus Alkitab, Jakarta:BPK-GM, 2011, hlm. 378
[14] John Drane, Memahami Perjanjian Lam III, Jakarta: Penerbit Yayasan Persekutuan Pembaca ALKITAB, 2003, hlm. 110
[15] G.T Manley, Hakim, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008, hlm. 354
[16] J. Blomendaal,  Pengantar Perjanjian Lama, Jakarta: BPK-GM, 2008, hlm. 172
[17] John Drane,Op.Cit, hlm. 111-112
[18] C. Barth, Theologia Perjanjian Lama 4, Jakarta:BPK-GM, 2009, hlm. 6
[19] S. Wismoady Wahono, Disini Kutemukan, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2000, hlm. 121-123
[20] J. Blommendaal, Op,Cit, hlm. 122
[21] Andrew, E.Hill, Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2004, 562-563
[22] Sani Baturi, Ernest dan Freda Maxwell, Melihat Ke Dalam Perjanjian Lama Bagian Keempat-Kitab Para Nabi Yesaya Sampai Dengan Meleakhi, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 1998, hlm. 147-149
[24] http://www.sarapanpagi.org/menuhankan-jesus-dan-roh-kudus-vt6358.html, Diakses pada hari/tanggal jumat, 08, Nov, 2013
[25] Nico Syukur Dister, Teologi Sistenatika I, Yogyakarta: Kanisius, 2004, hlm. 246
[26] Ibid, hlm. 248

Tidak ada komentar:

Posting Komentar