Kamis, 11 Oktober 2018

Penatua sebagai Gembala


PERANAN PENATUA DAN PENGGEMBALAANNYA DALAM HAL PRT
(PERKUNJUNGAN RUMAH TANGGA)

I.                   Pendahuluan
GKPI Galungan Simarmata yang terletak di pinggiran Danau Toba Kab. Samosir merupakan masyarakat yang masih dekat dengan kekerabatan, kekeluargaan sehingga dalam sistem sosial ini juga masih mempengaruhi kedekatan-kedekatan dalam persekutuan rohani, begitu juga dengan pelayanan dan para pelayan tersebut.
Penatua dalam hal ini adalah pelayan juga harus memamaki sistem itu sebagai motede pendekatan yang efektif. Namun dalam perkembanganya terkadang sistem kekerabatan dan kekeluargaan itu menjadi salah satu hambatan dalam menjalankan pelayanan terkhusus para penatua dalam melakukan perkunjungan rumah tangga. Menurut penulis bahwa perkunjungan itu adalah metode efektif untuk mengetahui konteks jemaat secara pribadi. Disisi lain juga pemahaman tentang siapa itu penatua dan tugasnya sebagai penggembala masih belum dipahami. Sehingga dengan belum adanya dasar itu maka pemahaman sebagai tugas penggembala dalam skop PRT belum mendarat. Hal ini juga disebabkan GKPI Galungan Simarmata belum tersentuh dengan pelayanan para pendeta tahbisan/Vikar dimasa-masa lampau.
Pada bagain berikutnya juga berlanjut dari pemahaman yang tidak benar dengan tugas Penatua tersebut dalam hal PRT maka munculnya asumsi yang salah tentang tugas siapakah yang seharusnya melakukan PRT itu. Secara spontan bahwa penatua memahami bahwa tugas PRT sebaiknyalah atau seharunyalah dilakukan oleh para Pendeta atau pun Vikar. Oleh sebab itu lah keengganan pelayanan itu menjadi berakar sampai pada Fase ini. Dari akar masalah inilah menjadikan penatua hanya melakukan tugasnya sebagai penatua dikegiatan-kegiatan Formal saja, misalkan: Ibadah Minggu, Ibadah pernikahan, Ibadah Duka.
Dengan berbagai penjelasan di atas maka panulis (Vikar) dapat merumuskan ada tiga masalah besar dalam judul pelayanan ini:
-          Penatua menganggap sistem kekerabatan dan kekeluargaan dalam Tradisi Batak Toba menjadi penghalang pelayanan.
-          Penatua Belum memahami secara mendasar apa tugas dan tanggungjawabnya dalam hal sebagi seorang Penggembala.
-          Adanya pemahaman bahwa PRT tidak dilakukan oleh Penatau, namun Pendeat/Vikar.
Ketiga rumusan inilah, penulis akan mencoba mendalaminya dan penulis merasa berhasil walaupaun keberhasilan penulis belum secara Maksimal namun sudah mengenai sasaran yang baik untuk pengembangan dan pelayanan gereja masa kini. Untuk memulai pembahasan ini maka penulis juga akan mencoba menjelaskan secara ilmiah bagaimana konsep-konsep dasar dan sederhana akan siapa itu penatua sebagai penggembala dan bagaimana seharusnya penatua melakukan tugasnya dalam hal PRT serta apa dan bagaimana pengaruh perkunjungan itu dalam perkembangan GKPI Galungan Simarmata , secara umum untuk Pelayanan GKPI dalam tahap yang luas.

II.                Pembahasan
2.1. Penatua
A.    Siapa Itu Penatua
Penatua dalam istilah bahasa Indonesia ini adalah seoarang pelayan atau yang bertugas di gereja dalam lingkungan rohani, bahasa penatua dalam bahasa batak disebut dengan Sintua (St.). Istilah penatua juga berasal dari akar kata umur tua, yang dianggap mempunyai hikmat pengalaman dan layaknya memerintah. Dalam tradisi PL juga dikenal dengan tua-tua Israel atau disebut dengan istilah semit  disebut dengan Zagen, [1] dan dalam istilah Romawi itu disebut dengan Senatus[2]. Tua-tua ini adalah mereka yang dituakan dan dipilih atas dasar hikmat petua itu sendiri.
Dalam perkembanganya dalam istilah PB yang dari bahasa Yunani disebut dengan “Presbyteros” [3] yang secara harapiah bahwa mereka ini adalah yang dituakan, yang berpikir matang, sesepuh. Dari seorang penatua diharapkan sifat sesepuh yaitu orang yang dituakan atau dipandang tua karena sifat-sifatnya yang bijak. Dalam tradisi-tradisi gereja berbahasa Inggris sebutan Presbyteros atau Zagen di ungkapkan dengan Elder. Yaitu penatua atau orang yang dituakan (Kis 20 : 17). Namun hal ini bukanlah menjadi kemuntlakan untuk menjadi penatua mereka yang memiliki usia yang tua. Keberadaan seorang penatua terletak dari kepribadian, karakter, kedewasaan, dan kematangan spiritualitas. [4] Dalam hal tugasnya bahwa seorang Presbiter itu adalah fokusnya untuk memperhatikan jemaatnya atau dombanya, karena mereka sudah dianggap sebagai penggembala. Tugas itu mencakup dalam tiga bagian:
-          Memelihara atau menggembalakan jemaat , dalam halnya pesan Paulus kepada jemaat Efesus dalam hal ini mereka yang penatua dinasehatkan untuk menjaga seluruh kawanan  karena mereka adalah hasil penetapan dari Roh Kudus menjadi penilik... (Kis 20 : 28), kata penilik ini sama dengan kata episkopus yang artinya : memperdulikan, mengindahkan, atau memelihara sama seperti orang memelihara tanaman.
-          Memimpin atau mengatur , pengaturan atau kepemimpinan ini adalah untuk Rumah Allah, yang disebut juga mengelolah atau pelaksana usaha.
-          Menjaga kemurnian ajaran , dalam hal ini adalah bahwa penatua bertanggungjawab dalam hal pengajaran dan ajaran yang secara bersama-sama ditetapkan dalam Alkitab.  Yang dalam pembagianya itu disebut : Presbyter Pengatur (Ruling Elder) dan Presbyter Pengajar (Teaching Elder)
Hal yang sangat penting dalam makna penatua itu adalah bahwa ia sadar bahwa ia juga adalah sebagai hamba Tuhan. Hamba ini juga dapat disebut ebed Yahwe יהוה עְבְד  atau hamba Allah, kata ebed dipahami dengan budak, hamba, pelayan. Biasanya hamba itu seseorang yang bekerja untuk kepentingan orang lain, untuk melaksakan kehendak orang lain. Ia pekerja yang menjadi milik tuanya. Bagi pemahaman kehidupan bangsa Israel kata hamba itu juga digunakan untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Allahnya (Maz 119:17, Kel 4:10). Bahkan dalam pemahaman yang lain hamba menurut kebiasaan agamawi dalam bentuk jamak arti kata ini disebut kepada orang-orang saleh (Maz 135:14), dalam bentuk tunggal berarti keseluruhan Israel, bahkan gelar hamba juga digunakan bagi mereka Bapak-bapak leluhur, Musa, raja-raja, dan juga para nabi.[5]  Penggunaan kata ebed juga diartikan denga kata benda yang berarti mengerjakan, pekerjaan, melayanai, memuji, mangabdikan diri, sehingga dari penggunaan kata ini lahirlah kata עֲבבדָה abodah yang diartikan melayani atau mengerjakan.[6]
" Ebed Yahweh . " Ini gelar yang digunakan untuk menggambarkan banyak nabi . Ini adalah judul yang digunakan untuk menggambarkan Yesus . Itu adalah istilah yang digunakan di seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ini berarti bahwa ketika seorang nabi atau orang suci Allah menyatakan dan hidup "Firman dan Will " Tuhan , kecemasan dan penderitaan yang dihasilkan untuk nabi karena nabi itu ditolak oleh rakyat.[7]
Hamba Tuhan yang disebut dengan budak juga merupakan pilihan Tuhan yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan serta menjadi milikNya, dan melakukan apa yang dikehendaki Allah di dalam kehidupanNya dan seorang hamba Tuhan memiliki hubungan dekat dengan Tuhan[8] penggunaan hamba Tuhan dalam PL dapat kita lihat mengarah kepada mereka yang bekerja dan melayani kepada suatu tua dan hamba itu adalah milik tuanya sepenuhnya, dan hidup dan mati hamba itu tergantung kepada tuan itu tersebut. Hamba Tuhan atau ebed YHWH adalah pilihan Tuhan dan mereka adalah kepunyaan Tuhan yang harus melayani dan memberikan dirinya untuk Tuhan dalam segi apa pun. Hamba Tuhan juga harus mengorbankan dirinya bagi Tuhan sebagai bentuk kesetiaannya dan pengabdiannya karena hamba harus tunduk kepada tuannya.
Oleh karena itu dapat kita simpulkan bahwa Pantua itu adalah mereka yang dipilih oleh Tuhan sebagai hambaNya untuk memperhatikan dan mengembalakan umatNya dan juga mereka harus mengaturkan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam persekutuan Bait Allah serta ajaran-ajaranya. Sehingga jemaat mengerti dan mendapatkan pengajaran yang baik dan benar tentang Allah dan keselamatanNYa.  
B.     Penatua  dan tugas Penatua Dalam GKPI
Panggilan penatua sebagai pelayan di tengah-tengah gereja adalah suatu panggilan yang indah dan mulia. Paulus menyaksikan dalam 1 Tim. 3 : 1 “Siapa yang menghendaki jabatan penilik jemaat ia menginginkan suatu pekerjaan yang indah”. Sebab panggilan penatua pada hakikatnya adalah sebagai pelayan Tuhan. Dalam pemahaman GKPI yang dimuat dalam Peraturan Rumah Tangga GKPI pada BAB XIV tentang Pelayan-Pelayan Gereja pasal 91,
Penatua :
1.      Penatua adalah jabatan tahbisan yang diberikan GKPI kepada warga Jemaat yang bersedia mempersembahkan diri atas panggilan Tuhan sebagai pelayan GKPI
2.      Tugas Penatua:
a.      Sebagaimana dalam Tata ibadah disebutkan sebagai berikut:
1.      Mereka adalah pelayan dalam gereja untuk memperhatikan keadaan anggota jemaat yang dipercaya pada pelayanan mereka, supaya mereka menegur saudara-saudara yang kelakuannya menyimpang dari ajaran Tuhan kita, atau memberitahukannya kepada Majelis Jemaat dan Pendeta, supaya mereka turut berusaha memperbaikinnya.
(Batak: Pangula nihuria do nasida mamatamatahon dongan, angka na pinasahat tu nasida, na hurang ture parange ni manang ise, ingkon pinsangon nasida i manang paboaon nasida tu guru manang tu Pandita, asa dipature.)
2.      Membingbing Warga Jemaat, supaya rajin mengikuti setiap kebaktian. Jikalau diantara mereka ada yang malas, supaya dicari tahu apa sebabnya dan di ajak kembali.
(Batak: mandasdas dongan tuparmingguan dohot manangkasi alana umbahen na so ro.)
3.      Membimbing anak-anak supaya rajin datang ke sekolah minggu
(Batak : Mandasdas dakdanak Sikpla Minggu, asa ondop ro)
4.      Mengunjungi orang-orang sakit dan menolong mereka sesuai dengan kemampuan, tetapi yang terpenting ialah mengingatkan Firman Tuhan kepada mereka dan mendoakan mereka.
(Batak : maningkir angka na marsahit jala paturehon naringkot dinasida dohot nasa na tarpatupasa, alai na rumingkot pasingothon Hata ni Debata tu nasida dohot tumangianghonsa)
5.      Menghibur orang yang berdukacita karena kemalangan atau kesusahan, supaya mereka memperoleh pengharapan yang hidup dalam Tuhan.
(Batak ; Mangapuli na marsak, paturehon angka na dangol dohot na pogos)
6.      Membimbing orang-orang yang tersesat, supaya mereka mengaku kesalahannya dan bertobat, agar mereka turut memperoleh hidup yang kekal disisi Tuhan.
(Batak : Mangapuli angka sipelebegu dohot angka na lilu, asa dohot nasida marsaulihon hangoluan na pinatupa ni Jesus)
7.      Membantu mempersiapkan segala keperluan pelayanan dalam peribadatan, persembahan dan berbagai usaha untuk kemuliaan Nama Tuhan
(Batak : Mangurupi paturehon angka pelean dohot ulaon na ringkot tu harajaon ni Debata)
b.      Melaksanakan tugas-tugas lainya yang diatur dalam tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga, Keputusan Sinode Am lainnya dan peraturan-peraturan GKPI
c.       Dalam melaksanakan tugas berkonsultasi dengan Pimpimnan Jemaat dan atau Guru Jemaat.  

2.2. Penggembalaan  
 Istilah penggembalaan merupakan terjemahan dari istilah Inggris yang dipakai secara internasional yaitu “Pastoral Care”.[9] Penggembalaan adalah pengembalaan umum yang mencakup kehadiran, mendengar kehangatan dan dukungan praktik oleh gembala (Pastor atau Pendeta) sebagai pendamping.[10]
Penggembalaan pastoral care adalah sebagai tugas Pendeta yang mau memperdulikan, mau mengurus para jemaat.[11] Namum perlu dipahami bahwa penggembalaan itu bukan hanya tugas Pendeta tetapi tugas semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus,  bahwa semua orang Percaya itu harus saling menggembalakan dalam komunitas mereka (Mat 18:120, 1 Pet:2:9).[12] Penggembalaan adalah suatu jawaban terhadap suatu kebutuhan setiap orang akan kesembuhan, perhatian penuh, dukungan dan penggembalaan (pendamping).[13]Yesus Kristus telah menyerahkan tugas gembala atau penggembalaan kepada gereja. Murid-murid, Rasul, Guru,Evangelis dan semua pelayanan gereja adalah pengemban amanah Agung Penggembalaan dalam persekutuan gereja. Walaupun nama-nama mereka berbeda seturut dengan kekhasan pemanggilannya namun fungsi mereka sebagai gembala yang diutus Tuhan. Roh Kuduslah yang memberikan karunia untuk melakukan tugas-tugas penggembalaan dan sesuai dengan kehendak-Nya menetapkan penatua-penatua atau penilik-penilik bagi umat tebusan-Nya (1 Kor 12:28; Ef 4:11;Kis 20:28). Semua warga gereja sebagai orang yang percaya adalah gembala bagi sesamanya warga gereja untuk menasehati saudara-saudarnya, serta jemaat sebagai persekutuan.[14]
Yohanes 21:15-19 menceritakan kepada kita bagaimanaYesus berpesan kepada Petrus untuk memelihara domba-dombaNya, yang akan ditinggalkanNya. Yesus sendiri mengibaratkan atau menyamakan pelayanan kepada saudara-saudara kita dalam diriNya itu, dengan “penggembalaan”. Jadi saudara-saudara itu hendaknya dijaga, dipelihara, dibimbing dan diselamatkan dari bahaya.[15]
Salah satu bentuk penggembalaan dari sekian bentuk yang dikemukakan beberapa ahli Pastoral adalah:  Perkunjungan Kerumah-rumah
Gembala/Pendeta/Sintua dan pelayan kristen yang lainnya mengadakan kunjungan ke rumah tangga agar mengenal dan lebih dekat dengan  anggota jemaat. Perkunjungan kerumah tangga yaitu penggembalaan dengan tujuan menghimpun, melindungi, memelihara kerohanian warga gereja.[16] Karena hubungan antar warga jemaat perlu diadakan pembinaan serta meningkatkan kerohanian mereka, oleh karena perkunjungan adalah unsur kerja pastoral.[17]
Pada umumnya gembala akan mencari anggota jemaat dirumahnya. Tetapi sering anggota jemaat itu tidak ada dirumahnya. Bapak sebagai kepala rumah-tangga, umumnya pada siang hari keluar melakukan pekerjaannya dimana saja. Atau bapak itu bekerja sebagai nelayan yang pekerjaannya dilakukan waktu malam. Oleh karena itu gembala harus menyelidiki dulu keadaan jemaat untuk mencari tahu, kapan anggota jemaat ada dirumahnya dan dimana bisa bertemu dengan mereka.[18]

2.3. Penerapan Yang Dilakukan Penulis dalam Hal memerankan Penatua Melakukan PRT
Hal lain sebelum menyampaikan sesuatu dalam pemahaman dasar Pengembalaan Untuk merubah pemahaman baru tentang bagaimana seharusnya penatua sebagai seorang pelayan maka seharunyalah dilakukan specimen practices (Contoh gerak/praktek/memberi teladan). Pemikiran secara teologis dan perenungan secara kritis tentang apa yang dilakukan dalam pelayanan Pastoral/Pengembala, adalah pelayan mempunyai tugas “Intermediair” artinya tugas sebagai alat untuk menyampaikan karunia , jadi yang terpenting dari berteologi pastoral/pengembalaan adalah soal relasi, kita berikan contoh, bagaimana pekerjaan Kristus dan pekerjaan Roh Kudus harus diekspresikan dalam penggembalaan tersebut.[19] Sebelumnya belum terlaksana kegiatan PRT dalam hal mengunjungi setiap Jemaat sebalum vikar datang ke Galungan Simarmata, namun kegiatan yang bersifat kunjungan dari penatua dan Jemaat dilakukan kepada yang sakit “Parah” dan “Meninggal”.  Dalam hal ini terkhusus jemaat yang jarang hadir ke Gereja tidak tersentuh oleh pelayanan pengembalaan. Oleh karena itu melakukan PRT untuk mengetahui dan mengenal jemaat itu lebih dekat lagi, dalam hal ini lah ada beberapa hal yang dilakukan Vikar dalam meningkatkan peranan Penatua dalam Kunjungan Rumah Tangga.
-          Vikar Langsung Mendahulukan Perkunjungan Rumah Tangga kesetiap Pelayan
-          Vikar Membawa beberapa Penatua untuk ikut serta melakukan PRT
-          Vikar membuat kegiatan Pembinaan yang mengarah kepada identitas dan tanggungjawab Penatua.  

2.4. Analisa Setelah Melakukan berbagai penerapan
Dalam penerapan metode maka sering kita kenal dengan istilah Evaluasi hasil akhirnya bagaimana dalam sebuah metode tersebut. Adapaun analisa itu adalah:
-          Vikar Langsung Mendahulukan Perkunjungan Rumah Tangga kesetiap Pelayan
Upaya pertama yang penulis lakukan dalam hal menyadarkan penatua dalam pentingnya PRT adalah dengan mendahulukan mengunjungi penatua serta keluarga penatua. Dalam hal ini yang mau kita jangkau adalah bagaimana perasaan dan hasil mereka setelah dirasakan kunjungan tersebut sehingga dengan mereka merasakan hal itu maka kita juga dapat menerapkanya untuk orang lain. Mendahulukan PRT itu kepada Penatua maka secara langsung mereka dapat menerima hasil dari PRT. Dalam pelaksaanan ini penulis juga mencoba menjelaskan dan memberi pemahaman sederhana dalam melakukan PRT. Permulaan ini adalah sebagai awal dan batu loncatan dalam penerapan berkesinambungan dalam hal PRT. Dari hasil kunjungan kepada setiap pelayanan , sehingga pelayan merasa bahwa mereka adalah teman sekerja penulis/Mitra dalam meningkatkan pelayanan itu sendiri. Disamping itu juga pelayan juga merasa terberkati dan tersentuh hidupnya sehingga firman Tuhan baik untuk dilayangkan dalam perkunjungan tersebut.
Sebagai seorang penatua yang harus kita boboti dengan modal-modal Teologi penggembalaan lewat teladan dan contoh yang kita terapkan itu maka akan membuahkan hasil dampak yang positif. Demikian juga untuk meningkatkan spiritualitas para penatua dimana ia akan membagikan dan merenungkan pengalaman-pengalaman imanya dan keluarganya. Sehingga penulis juga mencoba mendiskusikanya lewat firman Tuhan.   
-          Vikar Membawa beberapa Penatua untuk ikut serta melakukan PRT
Dari tahapan pertama itu, setelah setiap penatua penulis kunjungi maka dengan otomatis pantua juga memberikan dirinya untuk melakukan hal yang sama penulis lakukan bagi Penatua tersebut. Sehingga dengan terjun langsung kesituasi PRT itu sehingga panatua juga merasa bahwa itu adalah salah satu Tanggung Jawab yang tepat dilakukan. Dengan selang beberapa minggu kemudian maka PRT itu sudah bersifat dinamis sehingga PRT yang penulis lakukan bersama Penatua/Pelayan juga menerapkan hal-hal praktis seperti: Penatu penulis sarankan untuk memimpin doa, dan langsung melakukan percakapan layaknya seabagai seoarang Penatua dan Jemaat.
Dari hasil dan buah pelayanan PRT tersebut maka ada pengakuan pribadi bahwa PRT itu meningkatkan jumlah kehadiran dan kemauan dalam memberikan Persembahan bulanan serta ucapan syukur. Salah satu penatua juga merasa sebagai sosok penasehat yang selalu menaburkan Firman Tuhan lewat kunjungan-kunjungan tersebut. Dalam hal  Tujuh (7) tugas Penatua yang diterapkan di GKPI dari urutan no 1-6 adalah metode Penggembalaan dimana sebagai penatua harus mengetahui dan menggumuli apa dan bagaimana kondisi jemaat yang dilayani. Hal ini dapat terwujud hanya dengan satu cara yaitu PRT. Oleh karena itu PRT salah satu pelayanan Penatua dan tangungjawab penatu yang cukup Central dan penting. Dengan PRT maka penatua juga mengenal jemaat secara pribadi, dengan PRT maka penatua dapat mendengar dengan jelas dan terbuka apa alasan kenapa mereka tidak menghadiri ibadah setiap Mingunya.
-          Vikar membuat kegiatan Pembinaan yang mengarah kepada identitas dan tanggungjawab Penatua.
Kegiatan pembinaan ini adalah mencoba memperbaiki pemahaman mendasar apa dan siapa itu penatua: dari pembinaan Formal ini ada tiga topik kuat untuk dipahami oleh penatua:
1.      Identitas Penatua
2.      Tujuh Tugas Penatua di GKPI
3.      Spritualitas Penatua
Menurut hemat penulis ketiga cakupan ini sudah memilih dasar yang baik untuk meningkatkan pemahaman dan Tanggungjawab penatua di GKPI Galungan Simarmata. Secara imflisit penulis melihat dalam pembinaan ini panatua merasa sangat awam mendengar penjelasan dari ketiga point ini. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pemahaman ini masih merupakan yang sangat dasar namun belum pernah diperdengarkan. Hal ini terbukti bahwa dari semenjak berdirinya GKPI Galungan Simarmata 1984 belum pernah terjadi pembinaan dan pendidikan teologi yang secara formal yang hanya saja lewat Kotbah Mimbar. Dari hasil pembinaan tersebut sehingga ada peluang pembelajaran yang terjadi misalkan: keterbukaan hati melayani dalam hal ini Penahbisan Penatua, keterbukaan dan keberanian dalam berkunjung, keterbukaan dan keberanian dalam Kotbah Mimbar, dan pelaynan–pelayanan rohani yang sudah dipahami secara teologi. Karena dalam perkembangan ini banyak penatua-penatua yang melakukan tugasnya misalkan bermain musik, mengumpulkan persembahan, sebagai pemimpin Ibadah (Maragenda), dln tidak dapat menemukan makna dan arti teologis dari apa yang sudah dikerjakannya. Bukankah selayaknya bahwa seorang yang menerima panggilan sebagai hamba baik Pendeta, Penatau, dan pelayanan Kristen lainya harus mengerti dan dapat mengenal apa yang dikerjakanya. Sehingga dengan ini ia adalah orang yang selalu memperhatikan dan mengawasi ajaranya sendiri (Bnd. I Tim. 4 : 16).
     
III.             Kesimpulan
Dengan melihat dan membaca serta merenungkan hal-hal yang sudah penulis tuliskan dalam pembahasan Peranan Penatau dan Pengembalaanya dalam hal PRT maka ada beberapa hal kesimpulan :
-          Bahwa penatua  sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan sebagai penggembala jemaat untuk memperhatikan jemaatnya dan mengarahkan jemaat tersebut kejalan Tuhan yang benar.
-          Seorang Penatua seharusnyalah ikut dan berperan dalam melakukan tugas dan Panggilanya dalam PRT dan tugas ini bukanlah emban dari Pendeta saja, namun penatua dan Pendeta menjadi mitra dalam melakaukan pelayanan PRT
-          Untuk melakukan pelayanan PRT sebaiknyalah diikut sertakan para Penatua sehingga ada tanggungjawab dan kepedulian moral antara penatua kepada Jemaat, dan dengan PRT tersebut Penatua dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang terbuka untuk didoakan dan digumulkan.
-          Hal ini penting untuk penerapan dan pelayanan di GKPI secara umum sehingga kehadiran dan kepedulian Jemaat terhadap Gereja dapat tersalurkan. Pelayanan Penatua ini  juga perlu diboboti dan dilakukan pembinaan khusus agar penatu dapat aktif dan baik dalam menerapkan tanggungjawabnya sebagai sosok penggembala dalam jemaat.


[1]D.I. Baker & A.A. Sitompul, Kamus Ibrani –Indonesia, Jakarta : BPK-GM, 2015, H. 23,
[2] J.D. Dounglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini,H. 493
[3] Barclay M. Newman, Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta : BPK-GM, 2005, H. 139
[4] Pardi M. Silalahi, Menjadi Penatau Yang Rendah Hati, dalam Buku Pembinaan Caln Penatau , Membekali dan Mempersiapakan Calan Peantua GKPI, Pematang Siantar: Kolportase GKPI, 2014, Hal 28, Salah Satu pendeta di GKPI yang menulis dalam buku terbitan GKPI diperuntukkan sebagai pemahaman baru bagi Cln. Penatua di GKPI.
[5] J.W.L. Hoad, Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008, hlm. 360
[6] Eugene Carpenter, Dictionary Of The Old Testamant Teology & Exegesis Vol. 3, United Kingdom: Paternoster Press, 1997, pg. 304
[7] http://www.stpaulchurchyso.org/2013/02/ebed-yahweh/, Diakses pada hari/tanggal Rabu, 21, Juni, 2017
[8] Tim Penyusun, The Interpeteres Dictionary Of The Bible, Nashville: Abingdon Press, 1986, hlm. 292
[9] Pieta Beintema, Theologia Pastoral suatu pengantar, Fakultas Theologia Jurusan Konseling Pastoral ,(1986),2 
[10] E.P. Gintings, Konseling Pastoral Suatu Pengantar Kontektualisasi ( Kabanjahe: Media Informasi, 2009),11
[11] E.P. Gintings, Gembala dan Penggembalaan, (GBKP Kabanjahe: Abdi Karya, 2002), 6
[12] E.P. Gintings, Gembala dan Penggembalaan,13
[13] Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendamping dan Pastoral, (Yokyakarta: Kanisius,2002), 59
[14] E.P. Gintings, Penggembalaan (Bandung Jurnal Info Media, 2009), 13-14
[15] M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu?, (Jakarta: BPK-GM, 2011)3-4
[16] E.P. Gintings, Penggembalaan, 38-40
[17] E.P. Gintings, Penggembalaan, 18
[18] M. Bons-Storm, Apakah Penggembalaan Itu?, Jakarta: BPK-GM, 2011, H. 46
[19] J.L. Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010, H. 17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar