PERANAN PENATUA DAN PENGGEMBALAANNYA
DALAM HAL PRT
(PERKUNJUNGAN
RUMAH TANGGA)
I.
Pendahuluan
GKPI
Galungan Simarmata yang terletak di pinggiran Danau Toba Kab. Samosir merupakan
masyarakat yang masih dekat dengan kekerabatan, kekeluargaan sehingga dalam sistem
sosial ini juga masih mempengaruhi kedekatan-kedekatan dalam persekutuan
rohani, begitu juga dengan pelayanan dan para pelayan tersebut.
Penatua
dalam hal ini adalah pelayan juga harus memamaki sistem itu sebagai motede
pendekatan yang efektif. Namun dalam perkembanganya terkadang sistem kekerabatan
dan kekeluargaan itu menjadi salah satu hambatan dalam menjalankan pelayanan
terkhusus para penatua dalam melakukan perkunjungan rumah tangga. Menurut
penulis bahwa perkunjungan itu adalah metode efektif untuk mengetahui konteks
jemaat secara pribadi. Disisi lain juga pemahaman tentang siapa itu penatua dan
tugasnya sebagai penggembala masih belum dipahami. Sehingga dengan belum adanya
dasar itu maka pemahaman sebagai tugas penggembala dalam skop PRT belum
mendarat. Hal ini juga disebabkan GKPI Galungan Simarmata belum tersentuh
dengan pelayanan para pendeta tahbisan/Vikar dimasa-masa lampau.
Pada
bagain berikutnya juga berlanjut dari pemahaman yang tidak benar dengan tugas
Penatua tersebut dalam hal PRT maka munculnya asumsi yang salah tentang tugas
siapakah yang seharusnya melakukan PRT itu. Secara spontan bahwa penatua
memahami bahwa tugas PRT sebaiknyalah atau seharunyalah dilakukan oleh para
Pendeta atau pun Vikar. Oleh sebab itu lah keengganan pelayanan itu menjadi
berakar sampai pada Fase ini. Dari akar masalah inilah menjadikan penatua hanya
melakukan tugasnya sebagai penatua dikegiatan-kegiatan Formal saja, misalkan: Ibadah Minggu, Ibadah pernikahan, Ibadah
Duka.
Dengan
berbagai penjelasan di atas maka panulis (Vikar) dapat merumuskan ada tiga
masalah besar dalam judul pelayanan ini:
-
Penatua menganggap sistem kekerabatan
dan kekeluargaan dalam Tradisi Batak Toba menjadi penghalang pelayanan.
-
Penatua Belum memahami secara mendasar
apa tugas dan tanggungjawabnya dalam hal sebagi seorang Penggembala.
-
Adanya pemahaman bahwa PRT tidak dilakukan
oleh Penatau, namun Pendeat/Vikar.
Ketiga
rumusan inilah, penulis akan mencoba mendalaminya dan penulis merasa berhasil walaupaun
keberhasilan penulis belum secara Maksimal namun sudah mengenai sasaran yang
baik untuk pengembangan dan pelayanan gereja masa kini. Untuk memulai
pembahasan ini maka penulis juga akan mencoba menjelaskan secara ilmiah
bagaimana konsep-konsep dasar dan sederhana akan siapa itu penatua sebagai
penggembala dan bagaimana seharusnya penatua melakukan tugasnya dalam hal PRT
serta apa dan bagaimana pengaruh perkunjungan itu dalam perkembangan GKPI Galungan
Simarmata , secara umum untuk Pelayanan GKPI dalam tahap yang luas.
II.
Pembahasan
2.1.
Penatua
A.
Siapa
Itu Penatua
Penatua
dalam istilah bahasa Indonesia ini adalah seoarang pelayan atau yang bertugas
di gereja dalam lingkungan rohani, bahasa penatua dalam bahasa batak disebut
dengan Sintua (St.). Istilah penatua
juga berasal dari akar kata umur tua, yang dianggap mempunyai hikmat pengalaman
dan layaknya memerintah. Dalam tradisi PL juga dikenal dengan tua-tua Israel
atau disebut dengan istilah semit disebut dengan Zagen, [1]
dan dalam istilah Romawi itu disebut dengan Senatus[2].
Tua-tua ini adalah mereka yang dituakan dan dipilih atas dasar hikmat petua
itu sendiri.
Dalam
perkembanganya dalam istilah PB yang dari bahasa Yunani disebut dengan “Presbyteros” [3]
yang secara harapiah bahwa mereka ini adalah yang dituakan, yang berpikir
matang, sesepuh. Dari seorang penatua diharapkan sifat sesepuh yaitu orang yang
dituakan atau dipandang tua karena sifat-sifatnya yang bijak. Dalam
tradisi-tradisi gereja berbahasa Inggris sebutan Presbyteros atau Zagen di ungkapkan dengan Elder. Yaitu penatua
atau orang yang dituakan (Kis 20 : 17). Namun hal ini bukanlah menjadi
kemuntlakan untuk menjadi penatua mereka yang memiliki usia yang tua.
Keberadaan seorang penatua terletak dari kepribadian, karakter, kedewasaan, dan
kematangan spiritualitas. [4]
Dalam hal tugasnya bahwa seorang Presbiter
itu adalah fokusnya untuk memperhatikan jemaatnya atau dombanya,
karena mereka sudah dianggap sebagai penggembala. Tugas itu mencakup dalam tiga
bagian:
-
Memelihara
atau menggembalakan jemaat , dalam halnya pesan
Paulus kepada jemaat Efesus dalam hal ini mereka yang penatua dinasehatkan
untuk menjaga seluruh kawanan karena
mereka adalah hasil penetapan dari Roh Kudus menjadi penilik... (Kis 20 : 28),
kata penilik ini sama dengan kata episkopus
yang artinya : memperdulikan, mengindahkan, atau memelihara sama seperti orang
memelihara tanaman.
-
Memimpin
atau mengatur , pengaturan atau kepemimpinan ini adalah
untuk Rumah Allah, yang disebut juga mengelolah atau pelaksana usaha.
-
Menjaga
kemurnian ajaran , dalam hal ini adalah bahwa penatua
bertanggungjawab dalam hal pengajaran dan ajaran yang secara bersama-sama
ditetapkan dalam Alkitab. Yang dalam
pembagianya itu disebut : Presbyter Pengatur (Ruling Elder) dan Presbyter Pengajar (Teaching Elder)
Hal yang sangat
penting dalam makna penatua itu adalah bahwa ia sadar bahwa ia juga adalah
sebagai hamba Tuhan. Hamba ini juga dapat disebut ebed
Yahwe יהוה עְבְד atau hamba Allah, kata ebed dipahami dengan budak,
hamba, pelayan. Biasanya hamba itu seseorang yang bekerja untuk kepentingan
orang lain, untuk melaksakan kehendak orang lain. Ia pekerja yang menjadi milik
tuanya. Bagi pemahaman kehidupan bangsa Israel kata hamba itu juga digunakan
untuk menunjukkan kerendahan diri seseorang dihadapan Allahnya (Maz 119:17, Kel
4:10). Bahkan dalam pemahaman yang lain hamba menurut kebiasaan agamawi dalam
bentuk jamak arti kata ini disebut kepada orang-orang saleh (Maz 135:14), dalam
bentuk tunggal berarti keseluruhan Israel, bahkan gelar hamba juga digunakan
bagi mereka Bapak-bapak leluhur, Musa, raja-raja, dan juga para nabi.[5] Penggunaan kata ebed juga diartikan denga kata benda yang berarti mengerjakan,
pekerjaan, melayanai, memuji, mangabdikan diri, sehingga dari penggunaan kata
ini lahirlah kata עֲבבדָה abodah yang diartikan melayani atau
mengerjakan.[6]
"
Ebed Yahweh . " Ini gelar yang digunakan untuk menggambarkan banyak nabi .
Ini adalah judul yang digunakan untuk menggambarkan Yesus . Itu adalah istilah
yang digunakan di seluruh Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Ini berarti
bahwa ketika seorang nabi atau orang suci Allah menyatakan dan hidup
"Firman dan Will " Tuhan , kecemasan dan penderitaan yang dihasilkan
untuk nabi karena nabi itu ditolak oleh rakyat.[7]
Hamba Tuhan yang disebut dengan budak juga
merupakan pilihan Tuhan yang dipanggil dan dipilih oleh Tuhan serta menjadi
milikNya, dan melakukan apa yang dikehendaki Allah di dalam kehidupanNya dan
seorang hamba Tuhan memiliki hubungan dekat dengan Tuhan[8]
penggunaan hamba Tuhan dalam PL dapat kita lihat mengarah kepada mereka yang
bekerja dan melayani kepada suatu tua dan hamba itu adalah milik tuanya
sepenuhnya, dan hidup dan mati hamba itu tergantung kepada tuan itu tersebut.
Hamba Tuhan atau ebed YHWH adalah
pilihan Tuhan dan mereka adalah kepunyaan Tuhan yang harus melayani dan
memberikan dirinya untuk Tuhan dalam segi apa pun. Hamba Tuhan juga harus
mengorbankan dirinya bagi Tuhan sebagai bentuk kesetiaannya dan pengabdiannya
karena hamba harus tunduk kepada tuannya.
Oleh
karena itu dapat kita simpulkan bahwa Pantua itu adalah mereka yang dipilih
oleh Tuhan sebagai hambaNya untuk memperhatikan dan mengembalakan umatNya dan
juga mereka harus mengaturkan hal-hal yang perlu dipersiapkan dalam persekutuan
Bait Allah serta ajaran-ajaranya. Sehingga jemaat mengerti dan mendapatkan
pengajaran yang baik dan benar tentang Allah dan keselamatanNYa.
B.
Penatua
dan tugas Penatua Dalam GKPI
Panggilan
penatua sebagai pelayan di tengah-tengah gereja adalah suatu panggilan yang
indah dan mulia. Paulus menyaksikan dalam 1 Tim. 3 : 1 “Siapa yang menghendaki jabatan penilik jemaat ia menginginkan suatu
pekerjaan yang indah”. Sebab panggilan penatua pada hakikatnya adalah
sebagai pelayan Tuhan. Dalam pemahaman GKPI yang dimuat dalam Peraturan Rumah
Tangga GKPI pada BAB XIV tentang Pelayan-Pelayan Gereja pasal 91,
Penatua
:
1. Penatua
adalah jabatan tahbisan yang diberikan GKPI kepada warga Jemaat yang bersedia
mempersembahkan diri atas panggilan Tuhan sebagai pelayan GKPI
2. Tugas Penatua:
a.
Sebagaimana dalam Tata ibadah disebutkan
sebagai berikut:
1. Mereka adalah pelayan dalam gereja
untuk memperhatikan keadaan anggota jemaat yang dipercaya pada pelayanan
mereka, supaya mereka menegur saudara-saudara yang kelakuannya menyimpang dari
ajaran Tuhan kita, atau memberitahukannya kepada Majelis Jemaat dan Pendeta,
supaya mereka turut berusaha memperbaikinnya.
(Batak: Pangula nihuria do nasida
mamatamatahon dongan, angka na pinasahat tu nasida, na hurang ture parange ni
manang ise, ingkon pinsangon nasida i manang paboaon nasida tu guru manang tu
Pandita, asa dipature.)
2. Membingbing Warga Jemaat, supaya
rajin mengikuti setiap kebaktian. Jikalau diantara mereka ada yang malas,
supaya dicari tahu apa sebabnya dan di ajak kembali.
(Batak: mandasdas dongan
tuparmingguan dohot manangkasi alana umbahen na so ro.)
3. Membimbing anak-anak supaya rajin
datang ke sekolah minggu
(Batak : Mandasdas dakdanak Sikpla
Minggu, asa ondop ro)
4. Mengunjungi orang-orang sakit dan
menolong mereka sesuai dengan kemampuan, tetapi yang terpenting ialah
mengingatkan Firman Tuhan kepada mereka dan mendoakan mereka.
(Batak
: maningkir angka na marsahit jala paturehon naringkot dinasida dohot nasa na
tarpatupasa, alai na rumingkot pasingothon Hata ni Debata tu nasida dohot
tumangianghonsa)
5. Menghibur orang yang berdukacita
karena kemalangan atau kesusahan, supaya mereka memperoleh pengharapan yang
hidup dalam Tuhan.
(Batak
; Mangapuli na marsak, paturehon angka na dangol dohot na pogos)
6. Membimbing orang-orang yang
tersesat, supaya mereka mengaku kesalahannya dan bertobat, agar mereka turut
memperoleh hidup yang kekal disisi Tuhan.
(Batak
: Mangapuli angka sipelebegu dohot angka na lilu, asa dohot nasida marsaulihon
hangoluan na pinatupa ni Jesus)
7. Membantu mempersiapkan segala
keperluan pelayanan dalam peribadatan, persembahan dan berbagai usaha untuk
kemuliaan Nama Tuhan
(Batak
: Mangurupi paturehon angka pelean dohot ulaon na ringkot tu harajaon ni Debata)
b.
Melaksanakan tugas-tugas lainya
yang diatur dalam tata Gereja, Peraturan Rumah Tangga, Keputusan Sinode Am
lainnya dan peraturan-peraturan GKPI
c.
Dalam melaksanakan tugas
berkonsultasi dengan Pimpimnan Jemaat dan atau Guru Jemaat.
2.2.
Penggembalaan
Istilah penggembalaan
merupakan terjemahan dari istilah Inggris yang dipakai secara internasional
yaitu “Pastoral Care”.[9]
Penggembalaan adalah pengembalaan umum yang mencakup kehadiran, mendengar
kehangatan dan dukungan praktik oleh gembala (Pastor atau Pendeta) sebagai
pendamping.[10]
Penggembalaan
pastoral care adalah sebagai tugas Pendeta yang mau memperdulikan, mau mengurus
para jemaat.[11]
Namum perlu dipahami bahwa penggembalaan itu bukan hanya tugas Pendeta tetapi
tugas semua orang yang percaya kepada
Yesus Kristus, bahwa semua orang
Percaya itu harus saling menggembalakan dalam komunitas mereka (Mat 18:120, 1
Pet:2:9).[12]
Penggembalaan adalah suatu jawaban terhadap suatu kebutuhan setiap orang akan
kesembuhan, perhatian penuh, dukungan dan penggembalaan (pendamping).[13]Yesus
Kristus telah menyerahkan tugas gembala atau penggembalaan kepada gereja.
Murid-murid, Rasul, Guru,Evangelis dan semua pelayanan gereja adalah pengemban
amanah Agung Penggembalaan dalam persekutuan gereja. Walaupun nama-nama mereka
berbeda seturut dengan kekhasan pemanggilannya namun fungsi mereka sebagai
gembala yang diutus Tuhan. Roh Kuduslah
yang memberikan karunia untuk melakukan tugas-tugas penggembalaan dan sesuai
dengan kehendak-Nya menetapkan penatua-penatua atau penilik-penilik bagi umat
tebusan-Nya (1 Kor 12:28; Ef 4:11;Kis 20:28). Semua warga gereja sebagai orang
yang percaya adalah gembala bagi sesamanya warga gereja untuk menasehati
saudara-saudarnya, serta jemaat sebagai persekutuan.[14]
Yohanes 21:15-19 menceritakan kepada kita
bagaimanaYesus berpesan kepada Petrus untuk memelihara domba-dombaNya, yang
akan ditinggalkanNya. Yesus sendiri mengibaratkan atau menyamakan pelayanan
kepada saudara-saudara kita dalam diriNya itu, dengan “penggembalaan”. Jadi
saudara-saudara itu hendaknya dijaga, dipelihara, dibimbing dan diselamatkan
dari bahaya.[15]
Salah
satu bentuk penggembalaan dari sekian bentuk yang dikemukakan beberapa ahli Pastoral
adalah: Perkunjungan Kerumah-rumah
Gembala/Pendeta/Sintua
dan pelayan kristen yang lainnya mengadakan kunjungan ke rumah tangga agar
mengenal dan lebih dekat dengan anggota
jemaat. Perkunjungan kerumah tangga yaitu penggembalaan dengan tujuan menghimpun,
melindungi, memelihara kerohanian warga gereja.[16]
Karena hubungan antar warga jemaat perlu diadakan pembinaan serta meningkatkan
kerohanian mereka, oleh karena perkunjungan adalah unsur kerja pastoral.[17]
Pada umumnya gembala akan
mencari anggota jemaat dirumahnya. Tetapi sering anggota jemaat itu tidak ada
dirumahnya. Bapak sebagai kepala rumah-tangga, umumnya pada siang hari keluar
melakukan pekerjaannya dimana saja. Atau bapak itu bekerja sebagai nelayan yang
pekerjaannya dilakukan waktu malam. Oleh karena itu gembala harus menyelidiki
dulu keadaan jemaat untuk mencari tahu, kapan anggota jemaat ada dirumahnya dan
dimana bisa bertemu dengan mereka.[18]
2.3.
Penerapan Yang Dilakukan Penulis dalam Hal memerankan Penatua Melakukan PRT
Hal
lain sebelum menyampaikan sesuatu dalam pemahaman dasar Pengembalaan Untuk
merubah pemahaman baru tentang bagaimana seharusnya penatua sebagai seorang
pelayan maka seharunyalah dilakukan specimen
practices (Contoh gerak/praktek/memberi teladan). Pemikiran secara teologis dan perenungan secara kritis tentang
apa yang dilakukan dalam pelayanan Pastoral/Pengembala, adalah pelayan
mempunyai tugas “Intermediair” artinya tugas sebagai alat untuk menyampaikan
karunia , jadi yang terpenting dari berteologi pastoral/pengembalaan adalah
soal relasi, kita berikan contoh, bagaimana pekerjaan Kristus dan pekerjaan Roh
Kudus harus diekspresikan dalam penggembalaan tersebut.[19] Sebelumnya
belum terlaksana kegiatan PRT dalam hal mengunjungi setiap Jemaat sebalum vikar
datang ke Galungan Simarmata, namun kegiatan yang bersifat kunjungan dari
penatua dan Jemaat dilakukan kepada yang sakit “Parah” dan “Meninggal”.
Dalam hal ini terkhusus jemaat yang jarang hadir ke Gereja tidak
tersentuh oleh pelayanan pengembalaan. Oleh karena itu melakukan PRT untuk
mengetahui dan mengenal jemaat itu lebih dekat lagi, dalam hal ini lah ada
beberapa hal yang dilakukan Vikar dalam meningkatkan peranan Penatua dalam
Kunjungan Rumah Tangga.
-
Vikar Langsung Mendahulukan Perkunjungan
Rumah Tangga kesetiap Pelayan
-
Vikar Membawa beberapa Penatua untuk
ikut serta melakukan PRT
-
Vikar membuat kegiatan Pembinaan yang
mengarah kepada identitas dan tanggungjawab Penatua.
2.4.
Analisa Setelah Melakukan berbagai penerapan
Dalam
penerapan metode maka sering kita kenal dengan istilah Evaluasi hasil akhirnya bagaimana dalam sebuah metode tersebut.
Adapaun analisa itu adalah:
-
Vikar
Langsung Mendahulukan Perkunjungan Rumah Tangga kesetiap Pelayan
Upaya
pertama yang penulis lakukan dalam hal menyadarkan penatua dalam pentingnya PRT
adalah dengan mendahulukan mengunjungi penatua serta keluarga penatua. Dalam
hal ini yang mau kita jangkau adalah bagaimana perasaan dan hasil mereka
setelah dirasakan kunjungan tersebut sehingga dengan mereka merasakan hal itu
maka kita juga dapat menerapkanya untuk orang lain. Mendahulukan PRT itu kepada
Penatua maka secara langsung mereka dapat menerima hasil dari PRT. Dalam
pelaksaanan ini penulis juga mencoba menjelaskan dan memberi pemahaman sederhana
dalam melakukan PRT. Permulaan ini adalah sebagai awal dan batu loncatan dalam penerapan berkesinambungan dalam hal PRT. Dari
hasil kunjungan kepada setiap pelayanan , sehingga pelayan merasa bahwa mereka
adalah teman sekerja penulis/Mitra dalam meningkatkan pelayanan itu sendiri.
Disamping itu juga pelayan juga merasa terberkati dan tersentuh hidupnya
sehingga firman Tuhan baik untuk dilayangkan dalam perkunjungan tersebut.
Sebagai
seorang penatua yang harus kita boboti dengan modal-modal Teologi penggembalaan
lewat teladan dan contoh yang kita terapkan itu maka akan membuahkan hasil
dampak yang positif. Demikian juga untuk meningkatkan spiritualitas para
penatua dimana ia akan membagikan dan merenungkan pengalaman-pengalaman imanya
dan keluarganya. Sehingga penulis juga mencoba mendiskusikanya lewat firman
Tuhan.
-
Vikar
Membawa beberapa Penatua untuk ikut serta melakukan PRT
Dari
tahapan pertama itu, setelah setiap penatua penulis kunjungi maka dengan
otomatis pantua juga memberikan dirinya untuk melakukan hal yang sama penulis
lakukan bagi Penatua tersebut. Sehingga dengan terjun langsung kesituasi PRT
itu sehingga panatua juga merasa bahwa itu adalah salah satu Tanggung Jawab
yang tepat dilakukan. Dengan selang beberapa minggu kemudian maka PRT itu sudah
bersifat dinamis sehingga PRT yang penulis lakukan bersama Penatua/Pelayan juga
menerapkan hal-hal praktis seperti: Penatu penulis sarankan untuk memimpin doa,
dan langsung melakukan percakapan layaknya seabagai seoarang Penatua dan
Jemaat.
Dari
hasil dan buah pelayanan PRT tersebut maka ada pengakuan pribadi bahwa PRT itu
meningkatkan jumlah kehadiran dan kemauan dalam memberikan Persembahan bulanan
serta ucapan syukur. Salah satu penatua juga merasa sebagai sosok penasehat
yang selalu menaburkan Firman Tuhan lewat kunjungan-kunjungan tersebut. Dalam
hal Tujuh (7) tugas Penatua yang
diterapkan di GKPI dari urutan no 1-6 adalah metode Penggembalaan dimana sebagai
penatua harus mengetahui dan menggumuli apa dan bagaimana kondisi jemaat yang
dilayani. Hal ini dapat terwujud hanya dengan satu cara yaitu PRT. Oleh karena
itu PRT salah satu pelayanan Penatua dan tangungjawab penatu yang cukup Central dan penting. Dengan PRT maka
penatua juga mengenal jemaat secara pribadi, dengan PRT maka penatua dapat
mendengar dengan jelas dan terbuka apa alasan kenapa mereka tidak menghadiri
ibadah setiap Mingunya.
-
Vikar
membuat kegiatan Pembinaan yang mengarah kepada identitas dan tanggungjawab
Penatua.
Kegiatan
pembinaan ini adalah mencoba memperbaiki pemahaman mendasar apa dan siapa itu
penatua: dari pembinaan Formal ini ada tiga topik kuat untuk dipahami oleh
penatua:
1. Identitas
Penatua
2. Tujuh
Tugas Penatua di GKPI
3. Spritualitas
Penatua
Menurut
hemat penulis ketiga cakupan ini sudah memilih dasar yang baik untuk
meningkatkan pemahaman dan Tanggungjawab penatua di GKPI Galungan Simarmata.
Secara imflisit penulis melihat dalam pembinaan ini panatua merasa sangat awam
mendengar penjelasan dari ketiga point ini. Dengan demikian dapat kita simpulkan
bahwa pemahaman ini masih merupakan yang sangat dasar namun belum pernah
diperdengarkan. Hal ini terbukti bahwa dari semenjak berdirinya GKPI Galungan
Simarmata 1984 belum pernah terjadi pembinaan dan pendidikan teologi yang
secara formal yang hanya saja lewat Kotbah Mimbar. Dari hasil pembinaan
tersebut sehingga ada peluang pembelajaran yang terjadi misalkan: keterbukaan
hati melayani dalam hal ini Penahbisan Penatua, keterbukaan dan keberanian dalam
berkunjung, keterbukaan dan keberanian dalam Kotbah Mimbar, dan pelaynan–pelayanan
rohani yang sudah dipahami secara teologi. Karena dalam perkembangan ini banyak
penatua-penatua yang melakukan tugasnya misalkan bermain musik, mengumpulkan
persembahan, sebagai pemimpin Ibadah (Maragenda), dln tidak dapat menemukan
makna dan arti teologis dari apa yang sudah dikerjakannya. Bukankah selayaknya
bahwa seorang yang menerima panggilan sebagai hamba baik Pendeta, Penatau, dan
pelayanan Kristen lainya harus mengerti dan dapat mengenal apa yang
dikerjakanya. Sehingga dengan ini ia adalah orang yang selalu memperhatikan dan
mengawasi ajaranya sendiri (Bnd. I Tim. 4 : 16).
III.
Kesimpulan
Dengan
melihat dan membaca serta merenungkan hal-hal yang sudah penulis tuliskan dalam
pembahasan Peranan Penatau dan Pengembalaanya dalam hal PRT maka ada beberapa
hal kesimpulan :
-
Bahwa penatua sebagai orang yang dipilih oleh Tuhan sebagai
penggembala jemaat untuk memperhatikan jemaatnya dan mengarahkan jemaat
tersebut kejalan Tuhan yang benar.
-
Seorang Penatua seharusnyalah ikut dan
berperan dalam melakukan tugas dan Panggilanya dalam PRT dan tugas ini bukanlah
emban dari Pendeta saja, namun penatua dan Pendeta menjadi mitra dalam
melakaukan pelayanan PRT
-
Untuk melakukan pelayanan PRT
sebaiknyalah diikut sertakan para Penatua sehingga ada tanggungjawab dan
kepedulian moral antara penatua kepada Jemaat, dan dengan PRT tersebut Penatua
dapat mengetahui dan mendapatkan informasi yang terbuka untuk didoakan dan
digumulkan.
-
Hal ini penting untuk penerapan dan
pelayanan di GKPI secara umum sehingga kehadiran dan kepedulian Jemaat terhadap
Gereja dapat tersalurkan. Pelayanan Penatua ini
juga perlu diboboti dan dilakukan pembinaan khusus agar penatu dapat
aktif dan baik dalam menerapkan tanggungjawabnya sebagai sosok penggembala
dalam jemaat.
[1]D.I. Baker & A.A. Sitompul, Kamus Ibrani –Indonesia, Jakarta :
BPK-GM, 2015, H. 23,
[2] J.D. Dounglas, Ensiklopedia Alkitab Masa Kini,H. 493
[3] Barclay M. Newman, Kamus Yunani-Indonesia, Jakarta :
BPK-GM, 2005, H. 139
[4] Pardi M. Silalahi, Menjadi Penatau Yang Rendah Hati, dalam Buku
Pembinaan Caln Penatau , Membekali dan Mempersiapakan Calan Peantua GKPI, Pematang
Siantar: Kolportase GKPI, 2014, Hal 28, Salah Satu pendeta di GKPI yang menulis
dalam buku terbitan GKPI diperuntukkan sebagai pemahaman baru bagi Cln. Penatua
di GKPI.
[5] J.W.L. Hoad, Hamba Tuhan dalam Ensiklopedi Alkitab Masa
Kini Jilid I A-L, Jakarta: YKBK, 2008, hlm. 360
[6] Eugene Carpenter, Dictionary Of The Old Testamant Teology
& Exegesis Vol. 3, United Kingdom: Paternoster Press, 1997, pg. 304
[7]
http://www.stpaulchurchyso.org/2013/02/ebed-yahweh/, Diakses pada hari/tanggal Rabu,
21, Juni, 2017
[8] Tim Penyusun, The Interpeteres Dictionary Of The Bible, Nashville:
Abingdon Press, 1986, hlm. 292
[9] Pieta Beintema, Theologia Pastoral suatu pengantar, Fakultas
Theologia Jurusan Konseling Pastoral ,(1986),2
[10] E.P. Gintings, Konseling Pastoral Suatu Pengantar
Kontektualisasi ( Kabanjahe: Media Informasi, 2009),11
[11] E.P. Gintings, Gembala dan Penggembalaan, (GBKP
Kabanjahe: Abdi Karya, 2002), 6
[12] E.P. Gintings, Gembala dan Penggembalaan,13
[13] Howard Clinebell, Tipe-tipe Dasar Pendamping dan Pastoral,
(Yokyakarta: Kanisius,2002), 59
[14] E.P. Gintings, Penggembalaan (Bandung Jurnal Info
Media, 2009), 13-14
[16] E.P. Gintings, Penggembalaan, 38-40
[17] E.P. Gintings, Penggembalaan, 18
[19] J.L.
Ch. Abineno, Pedoman Praktis Untuk
Pelayanan Pastoral, Jakarta: BPK-Gunung Mulia, 2010, H. 17
Tidak ada komentar:
Posting Komentar